Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Tampilkan postingan dengan label televisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label televisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Januari 2024

TV Digital : Solusi Borosnya Penggunaan Bandwidth TV Streaming di Hotel



Dalam menghadapi era hiburan digital, hotel kini dihadapkan pada tantangan baru terkait manajemen bandwidth akibat peningkatan penggunaan Smart TV dan layanan TV streaming di kamar. Sebagai salah satu alternatif hiburan modern, TV streaming memang memberikan berbagai pilihan konten kepada tamu, namun pada saat yang sama, dapat menimbulkan beban signifikan terhadap infrastruktur jaringan hotel.


Pandangan Umum:


Saat tamu hotel menggunakan layanan TV streaming, ini tidak hanya memerlukan koneksi internet yang cepat tetapi juga menghabiskan sejumlah besar bandwidth Internet. Dalam konteks ini, perbandingan dengan TV Digital UHF terestrial dan MATV / Parabola menjadi krusial untuk memahami sejauh mana penggunaan bandwidth TV streaming dapat menjadi faktor boros dalam lingkungan hotel.


Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi dampak borosnya penggunaan bandwidth TV streaming di hotel dan bagaimana hal ini memengaruhi pengalaman tamu serta ketersediaan sumber daya jaringan.


Perbandingan Bandwidth:


  • TV Terestrial (UHF): Menyediakan saluran lokal tanpa memerlukan bandwidth internet tambahan. Namun, dapat memiliki batasan dalam hal variasi konten.
  • TV Streaming: Memerlukan bandwidth internet yang signifikan untuk menyampaikan konten dengan kualitas tinggi. Pilihan konten yang luas dapat menambah beban pada infrastruktur jaringan hotel.
  • MATV / Parabola: Sistem distribusi ini memanfaatkan satu antena (parabola) di pusat untuk menyampaikan saluran TV, mengurangi kebutuhan bandwidth internet. Namun, mungkin kurang fleksibel dalam menyediakan konten on-demand.



Sistem MATV Hotel berbasis parabola yang banyak perangkat dan butuh perawatan berkala



Tantangan Manajemen Bandwidth:


  • Kecepatan Internet: Hotel perlu memastikan kecepatan internet yang memadai untuk menangani penggunaan TV streaming tanpa mengorbankan kualitas layanan lainnya.
  • Infrastruktur Jaringan: Perluasan dan pemeliharaan infrastruktur jaringan menjadi penting untuk mengakomodasi peningkatan penggunaan bandwidth, terutama saat terdapat banyak tamu yang menggunakan layanan streaming secara bersamaan.
  • Biaya dan Keberlanjutan: Borosnya penggunaan bandwidth dapat berdampak pada biaya operasional hotel. Hotel perlu mengevaluasi model bisnis yang berkelanjutan dan efisien dalam menyediakan layanan hiburan.


Mengapa Ini Penting?


Dalam menghadapi tantangan ini, hotel perlu memahami sejauh mana penggunaan TV streaming dapat memberikan dampak signifikan pada manajemen bandwidth. Dengan mengevaluasi opsi seperti TV terestrial dan MATV, hotel dapat mencari keseimbangan yang optimal antara penyediaan hiburan berkualitas dan pengelolaan sumber daya jaringan yang efisien. Mari kita eksplorasi lebih lanjut untuk memahami bagaimana hotel dapat menyediakan hiburan yang unggul tanpa mengorbankan ketersediaan bandwidth.



Apakah Siaran Digital UHF Menjadi Solusi ?


Dalam mengejar solusi yang efisien dan ekonomis untuk menyajikan hiburan kepada tamu hotel, TV UHF digital terestrial muncul sebagai alternatif yang menarik. Sementara TV streaming dan MATV memang memberikan berbagai opsi, pilihan ini dapat memberikan keseimbangan yang optimal antara kualitas hiburan dan manajemen biaya di lingkungan hotel.





TV UHF digital terestrial menyediakan saluran TV lokal dengan menggunakan antena terestrial, tanpa perlu mengandalkan koneksi internet atau biaya langganan. Dengan kualitas gambar yang tajam dan suara yang jernih, solusi ini memberikan pengalaman menonton yang dapat memenuhi harapan tamu, sambil tetap meminimalkan beban pada infrastruktur jaringan hotel.


Dalam tulisan ini, kita telah membahas tantangan penggunaan bandwidth TV streaming dan pertimbangan terkait TV terestrial. Sebagai solusi yang lebih hemat biaya, TV UHF digital terestrial memberikan opsi yang layak bagi hotel untuk memberikan pengalaman hiburan yang memuaskan tanpa meningkatkan beban finansial.





Keuntungan TV UHF Digital Terestrial:


  • Biaya Langganan: Tanpa biaya langganan bulanan (Free To Air) yang diperlukan untuk menonton TV. Bandingkan jika menggunakan tv streaming seperti netflix, disney+ dll.
  • Saluran Nasional lengkap: Dengan sistem multiplexing memungkinkan satu kota bisa terdapat 30-50 saluran tv GRATIS (Free To Air)
  • Ketersediaan Saluran Lokal: Menyediakan saluran lokal tanpa tergantung pada koneksi internet.
  • Kualitas Gambar dan Suara: Menyajikan kualitas gambar dan suara yang tinggi (HD) tanpa terpengaruh oleh kecepatan internet.



Skema dasar distribusi TV digital di hotel



Implementasi Yang Efisien:

  • Infrastruktur yang Sederhana: Penggunaan antena terestrial meminimalkan kebutuhan akan infrastruktur jaringan yang kompleks.
  • Biaya Pemeliharaan Rendah: TV UHF digital terestrial umumnya memerlukan sedikit pemeliharaan dan dapat beroperasi dengan biaya rendah.
  • Fleksibilitas Konten: Meskipun tidak sefleksibel TV streaming dalam menyajikan konten on-demand, TV UHF digital terestrial dapat memberikan ketersediaan saluran lokal dan internasional yang memadai.
  • Minim Perawatan: Dibanding sistem TV kabel / MATV / Parabola yang butuh perawatan perangkat RF booster secara berkala, maka dengan sistem digital UHF ini akan jauh menekan biaya perawatan.




TV digital di Jakarta mencapai 50 saluran


Menyuguhkan Pengalaman Hiburan yang Memuaskan:


Dengan mengeksploitasi teknologi TV UHF digital terestrial, hotel dapat memberikan pengalaman hiburan yang memuaskan tanpa merusak anggaran. Ini memberikan pilihan terjangkau yang tetap memberikan kepuasan kepada tamu, serta mendukung visi hotel dalam memberikan layanan unggul di bidang hiburan.

Sebagai penutup, memilih solusi yang tepat untuk menyajikan hiburan di hotel bukan hanya tentang teknologi terkini, tetapi juga tentang memahami kebutuhan tamu dan menjaga keseimbangan antara kualitas dan efisiensi biaya. Mari bersama-sama membangun pengalaman menginap yang tak terlupakan melalui solusi yang cerdas dan hemat biaya.




Share:

Selasa, 28 Maret 2023

Frekuensi TV Digital Denpasar Bali Saat Analog Switch Off

 



Sejarah pertelevisian di pulau Dewata Bali dimulai saat TVRI Bali (dulunya TVRI stasiun Denpasar) mulai mengudara pada tanggal 16 Juli 1978. Kantor sekaligus studio pertama berada di tengah kota, tepatnya di Jalan Kapten Cokorda Agung Tresna, Sumerta Kelod, Denpasar Timur. Keberadaan TVRI Bali diharapkan mampu menjadi media untuk mengembangkan dan melestarikan sekaligus mendokumentasikan seni budaya Bali. 

TVRI Bali mengalami bebarapa kali perubahan bentuk badan hukumnya dan organisasi yaitu mulai dari Yayasan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Penerangan RI, Perusahaan Jawatan (Perjan), Perseroan Terbatas (Persero) dan terakhir menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang selanjutnya disebut Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia - LPP TVRI, (LPP TVRI  Bali).                                                                                                                                        

Sedangkan televisi swasta yang masuk ke Bali pertama kalinya adalah SCTV Surabaya yang mengudara pada tahun 1990. Penduduk di bali utara sangat gembira menerima lubernya perangkat pemancar dari bukit darmo surabaya yang dengan tanpa halangan serta 'bantuan' pantulan pasang surut air laut mampu mem-"propagasi" sinyal ke daerah Singaraja, walau harus menggunakan antena UHF 25 meter dengan tambahan booster. Dan hasilnya jadi begitu ramainya atap rumah penduduk di Bali utara saat itu dengan bentang kawat antena yang saling-silang diantara rumah ke rumah.




Secara resmi Denpasar merupakan kota kedua setelah Surabaya di Indonesia yang bisa menerima siaran SCTV, yang pada saat itu masih berupa televisi lokal di Surabaya. SCTV Denpasar awalnya dibentuk bukan sekedar sebagai stasiun transmisi semata, melainkan stasiun jaringan dari SCTV Surabaya. Keduanya memiliki program-program dan jam tayang acara yang mungkin sama, tetapi siarannya tidak langsung dari pusatnya (relai). Kehadiran SCTV Denpasar sudah direncanakan oleh manajemen SCTV beberapa waktu sebelum stasiun televisi ini bersiaran resmi di Surabaya pada 24 Agustus 1990.

Selanjutnya, pada 14 September 1991 SCTV Denpasar resmi mengudara pada 45 UHF, dengan awalnya siarannya hanya selama 4 jam (atau 57 jam/minggu, lebih rendah dari SCTV Surabaya yang mencapai 105 jam/minggu), yang kemudian ditingkatkan menjadi 7 jam/hari pada 1 November 1991. Pancaran siarannya dapat ditangkap dalam radius 60–80 km, meliputi Denpasar, Gianyar, Tabanan, Badung dan beberapa daerah sekitarnya. Konon, akibat kehadiran SCTV Denpasar, pemirsa TVRI Denpasar mengalami penurunan. Mulai 1 Januari 1992, bersama RCTI Jakarta, RCTI Bandung dan SCTV Surabaya, SCTV Denpasar mulai menyiarkan beberapa program-program secara bersamaan.


ERA DIGITAL


Bagi lembaga penyiaran, migrasi sistem analog ke digital akan membuat industri penyiaran menjadi lebih siap untuk bersaing di era konvergensi melalui adopsi teknologi baru dan pemanfaatan multi kanal siaran. Investasi juga akan lebih efisien dalam jangka panjang, sejalan dengan potensi pemanfaatan infrastruktur bersama di era TV digital, tandas Dirjen IKP Kementerian Kominfo.

Peralihan siaran tv analog ke digital juga memberikan manfaat besar bagi negara. Dampak dari beralihnya sistem analog ke digital akan menghasilkan penggunaan spektrum frekuensi 700 MHz yang lebih efisien.  Menurut Dirjen Usman Kansong, peralihan itu menghasilkan digital dividen pemanfaatan spektrum frekuensi radio.

"Yang dapat digunakan untuk mewujudkan internet cepat yang lebih merata, efek berganda di sektor ekonomi digital, dan memberikan tambahan pemasukan APBN dari sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selain itu juga akan terjadi potensi peningkatan PDB yang signifikan,” ungkapnya.


Mundur ke 31 Maret 2023


Direktur Penyiaran Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPPI) Kemenkominfo Geryantika mengatakan bahwa Analog Switch Off (ASO) atau penghentian siaran analog di wilayah Bali dan Palembang yang sebelumnya dijadwalkan pada 20 Maret 2023, mundur menjadi 31 Maret 2023.

Dengan demikian, pada 20 Maret 2023 pukul 24.00 waktu setempat, ASO diprioritaskan untuk dilaksanakan di wilayah Kalimantan 1 yakni Kota Banjarmasin dan 4 kabupaten/kota di sekitarnya. Sedangkan untuk 9 kabupaten di seluruh Bali dan Sumatera Selatan 1 yakni Kota Palembang dan 3 kabupaten/kota di sekitarnya dilaksanakan pada 31 Maret 2023 pukul 24.00 waktu setempat.


Saluran Digital di Bali (Denpasar) akan meliputi saluran seperti pada video berikut :




- 30 UHF ( 546 MHz - Mux TVRI )   :  TVRI Nasional, TVRI Bali, TVRI World, TVRI Sports, Kompas TV, NET , Bali TV, Jawapos TV


- 36 UHF ( 594 MHz - Mux Metro ) :  Metro TV, Magna Channel, BN TV, SCTV, Indosiar, Mentari TV, Moji


- 40 UHF ( 626 MHz - Mux Nusantara ) :  Nusantara TV, Harum TV, Gold TV, Bhineka TV


- 43 UHF ( 642 Mhz - Mux Viva Group) :  ANTV, TVOne, VTV, RCTI, MNC TV, GTV, Inews, TransTV, Trans7



Untuk panduan, kami telah review beberapa merek STB digital yg sudah ada di pasaran dan anda kini bisa bandingkan sesuai fasilitas dan keunggulannya :


Matrix Apple     - Polytron PDV 600T2   - Venus Cabe Rawit  - Evinix H-1  - Akari ADS-2230

-Tanaka


Antena Digital paling jernih :

- Fleco AT-56



Bagi anda yg berada di lokasi lain di Nusantara dapat juga membaca update perkembangan  migrasi TV digital di  kota-kota besar seluruh Indonesia :

Surabaya  MNC  ,  EMTEK , VIVA )

Malang

Jember 

Kediri

Jombang & Mojokerto

Madiun

Jogja

Semarang

Banjarmasin

Makasar

Medan

Palembang

Perbatasan Malaysia

Share:

Senin, 27 Februari 2023

Ketika Petir Menyambar Dan Alat Elektronik Jadi Mati - Apa Sih Biasanya yg Rusak ?

 



Indonesia merupakan negara kepulauan dengan iklim yang dominan adalah hutan hujan tropis dimana tingkat awan nya cukup tinggi. Keadaan ini menyebabkan kondisi yang cocok untuk terjadinya badai petir sepanjang tahun terutama saat daerahnya mengalami musim hujan. Ini mengakibatkan sering terjadinya hazard atau bencana tersambar petir dan berdampak pada perangkat yang sering terhubung ke luar seperti TV, radio, parabola dan lain sebagainya. Walau dengan penambahan alat "penangkal petir" namun tetap saja kondisi kurang menguntungkan bisa terjadi saat perawatan instalasi groundingnya tidak diperhatikan secara teratur.


Dari mana petir bisa masuk ke perangkat elektronika?


Berbagi pengalaman yang cukup buruk bagi penulis waktu kecil, saat itu terjadi hujan berpetir yang lumayan membuat takut. Ayah menyuruh saya untuk segera mencabut perangkat TV dan radio yang terhubung ke antena luar. Dan terkejutnya pada pagi harinya mendapati speaker tape deck tidak berbunyi dan curiganya ada jejak terbakar di belakang speaker. 

Ternyata ujung kabel antena yang saya copot kemarin bergelantungan di dekat speaker dan   berhasil mencari jalannya menuju coil atau spool speaker  sehingga menjadi terbakar dan putus. Untung saja dengan hanya mengganti spool speaker nya dapat berfungsi kembali. Jadi berpikir keras saat saya kecil itu, kenapa yang tersambar pohon kelapa yg berjarak ratusan meter bisa merusak speaker saya ?





Perhatikan power supply TV LED Sharp diatas yang tersambar petir. Pasti anda berpikir petir menyambar antena tv nya karena itu umumnya yang akan ada dipikirkan orang. Namun petir kali ini tidak menyambar dari antena karena yang dipakai adalah antena indoor. Tentunya kalau yang tersambar petir antenanya saya akan langsung menyuruh teman saya ini membuang TV nya dan beli baru saja, namun ini yang terbakar di bagian PSU switching nya. 

Penelusuran saya dan kawan ini (karena penasaran saya saja sih) kemudian menuju ke mencari kenapa yang rusak di primary switching nya, yaitu fuse dan 2 diode jebol berakhir di IC pwm serta mosfet yang short ? Sedangkan perbaikannya cukup mudah seperti halnya perangkat TV atau elektronika yang mengalami mati mosfet atau ic pwm, dimana saya cukup menggantinya dengan modul ajaib berupa GACUN 3 Kabel (akan dibahas selnjutnya). Berarti ada yang salah di dekat colokan listrik menuju TV.

Dan daripada berlama-lama menganalisa saya kemudian berpatokan pada pengalaman saya masa kecil dulu dengan mencari jalur keluar terdekat dari stop kontak pada TV. Benar saja saya melihat jika penangkal petir dirumahnya berada tepat diatas jalur kabel stop kontak tersebut dan konektor kabel grounding dari penangkal petir ini sepertinya sudah berkarat parah. Yah karena kami bapak-bapak yang takut ketinggian maka diskusi berakhir disitu toh TV nya sudah nyala kembali dan lanjut menonton sidang bapak FS  yang  lagi heboh.


 


Beberapa hari kemudian saya teringat jika pernah mengganti adaptor / psu dari perangkat switch POE CCTV yang juga mati setelah gedung yg saya kelola tersambar petir. Lalu dengan semangat KEPO pingin tahu kerusakan 6 bulan yg lalu itu saya bongkar dan mendapati kerusakan yang cukup parah dibagian secondary / cold / output dari psu 48 volt ini. Lokasi keluar dari petir (yang hangus paling parah ) tetap berada dilokasi sama yaitu dekat ic PWM, namun sebelum saya bongkar saya masih bisa mencolokkan PSU ini ke PLN dan mendapati lampunya redup dengan keluaran 1 volt saja, tanpa adanya kejadian MCB / Sekring di rumah "njeglek" seperti TV sharp yang terdahulu.

Berarti ini kejadian serupa namun tak sama dimana yang terjadi adalah pecahnya transistor feedback dan optocoupler yang juga berfungsi memberi umpan ke ic pwm. Namun kebingungan terbesit di pikiran kenapa kamera CCTV tidak ada yang mati jika yang rusak adalah output dari PSU ini? Berarti ada jaur DC POE yang mungkin pengamannya kurang bagus sehingga mengalirkan tegangan kembali ke POE. Anehnya lagi Switch nya masih berjalan normal ketika PSU DC 48 volt ini diganti. Amazing sekali pengamanan port LAN dari switch POE ini bisa melewatkan tegangan petir langsung menjebol PSU nya. 


Jadi para pembaca setia blog ini, jangan sekali-kali meremehkan kemampuan petir untuk mencari jalur "ajaib" pada jaringan kelistrikan menuju perangkat elektronika di rumah maupun dimana saja. Dengan perangkat grounding yang tepat dan terawat baik setidaknya mengurangi resiko hazard dari kejadian sambaran petir di lingkungan kita.


Share:

Senin, 20 Februari 2023

Pentingnya Balun Pada Driven Antena UHF di Era TV Digital, Begini Cara Merangkai

 




Seperti yang dipelajari pada teori propagasi sinyal, antena penerima TV UHF pada dasarnya merupakan dipole setengah panjang gelombang yang memiliki cara kerja kasarnya seperti pada gambar diatas. Jadi semisal siaran pada kanal 35 UHF atau frekuensi 586 Mhz maka panjang dipole yang digunakan sekitar 25 cm. Namun dapat diperhatikan ketika kabel pembawa yang digunakan balance 300 ohm ( berbentuk pipih biasanya pada antena tv era 80an ) maka akan terjadi sedikit kekurangan yaitu adanya radiasi elektromagnetik saling "menghilangkan" akibat perbedaan polaritas dari kedua elemen sinyal pada kabel dimana sinyal 1/4 lambda berada pada phase yang berlawanan polaritas dan ujungnya sinyal melemah pada penerimaan dan kemungkinan yg tersisa hanya noise gangguan saja.







Kemudian munculah feed cable yang lebih tahan terhadap noise yaitu coaxial 75 ohm dimana anyaman konduktor luar yang terbubung dengan ground akan 100% menghilangkan noise yang muncul di antena. Namun sesuai gambar diatas maka akan terjadi tidak "match" nya impedansi dipole dengan kabel akibat unbalance feed. Secara orang awam dapat digambarkan adanya dipole yg mubaszir pada 1/4 lambda.  Lalu bagaimana memanfaatkan sinyal 1/4 lambda yang terbuang ke ground ? Disinilah teori dan praktek para jenius era tahun 40-50 an menggunakan prinsip "delay" menggunakan perangkat tambahan yang dipanggil dengan istilah BALUN.



Untuk membahas teori bisa membaca pada bagian sebelumnya disini.






Para jenius berpikir dengan men "delay" sinyal 1/4 lambda pada dipole dengan memberikan kabel sepanjang 1/2 lambda dan memfeedkannya kembali ke transmisi coax. Dapat dilihat pada balun PCB pada gambar kiri atas terdapat jalur pcb yang di zig-zag sedemikian rupa untuk membuat balun. Sedangkan pada balun transformer di kanan delaynya diberikan secara elektromagnetik melalui prinsip induksi. Memang sangat teoritis namun kita sebagai orang lapangan harus paham dan yang terpenting bisa merangkainya secara benar. Perangkat yang membuat "BALance menjadi UNbalance" ini sering dinamakan BALUN 4:1  karena secara teoritis Z impedance dipole 300 ohm dirubah menjadi match dengan impedance kabel coax 75 ohm..





Gambar diatas merupakan balun UHF yang banyak beredar dipasaran dengan harga murah sekitar 5000 rupiah saja namun banyak yg memasangnya asal-asalan. Saya mencontohkan saja pemasangan balun UHF sesuai standar yg dipakai produsen antena terkenal PF antena:


1. Pisahkan antara kabel arah simpul atas dan kabel simpul bawah, sebaiknya disepakati apakah akan menggunakan simpul beda warna atau sama warna. Kalau saya lebih memilih simpul atas sama warna dan simpul bawah beda warna.

2. Kabel arah atas, 2 kabel sama warna (semisal putih) di sambung /solder sedangkan sisanya yang berwarna merah masing-masing masuk ke elemen dipole/driven

3. Kabel arah bawah di gabungkan/simpul secara beda warna sehingga menjadi 2 simpul dan dihubungkan menuju TV atau STB melalui kabel coaxial





Dengan menggunakan balun yang tepat maka cukup menggunakan antena indoor seperti ini saja untuk mendapatkan tangkapan yang cukup bagus.



Terbukti dengan jarak sekitar 25 km dari pemancar dapat diterima dengan kualitas yang sangat memuaskan. Selamat Mencoba.

Share:

Jumat, 17 Februari 2023

Pentingnya Balun Pada Driven Antena UHF di Era TV Digital, Bagaimana Dasar Teorinya ?

 



Ketika bintik "semut " masih bisa ditemui pada layar televisi, umumnya ini dianggap biasa oleh para penikmat televisi asalkan suara dan wajah pemeran sinetron masih berupa wajah cantik artisnya. Ini akan menjadi masalah ketika pesawat TV nya di migrasikan menjadi penerima siaran tv Digital yang memiliki batas threshold  level C/N ratio atau carier to noise ratio yang dapat mengakibatan perbedaan yg sangat jauh dari penerimaan TV jaman analog. Sehingga saya banyak menemukan kasus di pelanggan yg merasa kecewa tidak mendapatkan sinyal di STB digitalnya padahal sebelumnya baik-baik saja sebelum migrasi digital.


Dari sebuah Skripsi S-1 pada elektro ITS, didapatkan bahwa : salah satu parameter kunci untuk menguji kinerja sistem penyiaran digital adalah nilai C / N (rasio RF carrier dan noise) sebagai persyaratan untuk mencapai ambang batas yang setara dengan Quasi Error Free (QEF) yaitu kurang dari satu nilai kesalahan yang terjadi per jam transmisi pada  5 bMbit/s decoder layanan TV pada penerima.


Pada tahun 2009 standar baru untuk Digital Terrestrial Television (DTT), bernama DVB-T2, diterbitkan oleh ETSI. Penggunaan DVB-T2 untuk melaksanakan layanan HDTV untuk penerimaan rooftop disarankan dalam Panduan Implementasi DVB-T2, sehingga skenario ini dipilih untuk diuji selama uji coba lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan penyiar dengan nilai ambang C/N nyata yang dapat digunakan untuk pengembangan jaringan pertama dan untuk membantu memilih opsi konfigurasi sistem yang benar yang menyediakan kecepatan data yang diperlukan dengan persyaratan C/N terendah. 



Kajian ini bisa sangat berguna, karena belum ada hasil uji coba lapangan yang dipublikasikan hingga saat ini dan saat ini beberapa negara baru saja mengadopsi standar baru ini dan banyak negara lain sedang memutuskan standar DTT apa yang mereka adopsi, sehingga memiliki nilai untuk kondisi penerimaan nyata bisa menjadi sebuah faktor kunci dalam pengambilan keputusan. Pada saat kampanye pengukuran (Juni dan Juli 2010) tidak tersedia receiver profesional dengan kemampuan pengukuran BER. Dua receiver DVB-T2 komersial digunakan sebagai gantinya; satu Set TV dan Set-Top Box (STB). 


Peralatan Pemancar dan Lokasi Pengukuran 


Pengukuran yang dianalisis dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Juni dan Juli 2010, di kota Vitoria-Gasteiz di utara Spanyol. Pusat pemancar terletak di gunung, 450 m lebih tinggi dari ketinggian rata-rata kota dan 9 km jauhnya dari pusat kota. Pusat ini digunakan untuk menyiarkan saluran komersial utama DTT ke kota. Sistem radiasi terdiri dari dua panel larik. Frekuensinya adalah 706 MHz (C50). Daya Radiasi Isotropik Efektif (EIRP) adalah 4,8 kW, serupa dengan EIRP yang digunakan di pusat transmisi ini untuk menyiarkan saluran komersial DVB-T. Sinyal DVB-T2 dikonfigurasikan dengan pengaturan utama umum yang dijelaskan dalam tabel dibawah.


Tabel 1


Konstelasi 256 dan 64 QAM diuji dalam kombinasi dengan semua laju kode yang ditentukan. Sinyal DVB-T dikonfigurasikan dengan parameter berikut: 8K FFT, Bandwidth 8 MHz, 1/4 Guard Interval Fraction (GIF). Tarif kode 2/3 dan 3/4 diuji. Dua layanan HD MPEG4 disiarkan untuk pengujian. Total 14 konfigurasi yang berbeda diukur. Kecepatan bit (Mbps) dirangkum dalam Tabel dibawah.


Tabel 2


Pengukuran dilakukan di 18 lokasi berbeda. Gambar dibawah menunjukkan lokasi tempat pengukuran dilakukan dan lokasi pemancar. Lokasi ini dipilih untuk memiliki pandangan yang jelas ke pemancar, menyediakan saluran Ricean dengan multipath rendah. Jarak dari pemancar berkisar antara 6,6 km hingga 30,3 km. Semua konfigurasi diukur dengan kedua receiver pada 9 titik.


Gambar 1


Beberapa konfigurasi DVBT2 diukur pada 9 lokasi tambahan hanya dengan menggunakan satu receiver. Dua dari lokasi yang diukur tidak terwakili pada gambar karena berada di luar area yang ditunjukkan dan dua lokasi ditumpangkan. Jumlah pengukuran untuk setiap konfigurasi tercantum dalam tabel dibawah. 

Tabel 3



Misalnya, mode DVB-T2 64 QAM 3/4 diukur 27 kali, 18 dengan satu penerima dan 9 dengan penerima lainnya. Sistem dan Metodologi Pengukuran: Peralatan penerima dipasang di unit bergerak dengan tiang teleskopik yang menjulang hingga 8 meter, di mana antena penerima dipasang 2 (15,5 dBi Yagi-Uda). Peralatan dan pengaturan pengukuran digambarkan pada Gambar dibawah. 


Gambar 2



Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan C/N minimum (C/Nmin) di mana layanan video diterima dengan benar. 


Prosedurnya adalah: 


1. Modulator dikonfigurasikan dengan pengaturan yang sesuai. 

2. Keluaran pemadu dihubungkan ke penerima A. Tingkat penghasil derau disesuaikan dalam langkah 0,5 dB untuk mencapai tingkat maksimum di mana gambar diterima dengan benar selama minimal 30 detik. 

3. Keluaran pemadu dihubungkan ke Penganalisis Sinyal. Generator kebisingan dimatikan untuk mengukur level sinyal (C). 

4. Modulator dibisukan dan kebisingan dibunyikan untuk mengukur tingkat kebisingan (N). 

5. C/Nmin diperoleh dengan mengurangkan C dan N. 6 Langkah 2 sampai 5 diulangi untuk penerima B. Untuk mengklasifikasikan saluran, respons impuls (IR) DVB-T dan spektrum sinyal juga diukur. Hasil: Nilai C/Nmin terukur ditunjukkan pada Gambar dibawah. 


Gambar 3


Untuk kedua penerima, untuk semua lokasi, dan untuk semua konfigurasi yang diuji terhadap kecepatan bit yang diperoleh untuk setiap konfigurasi (tabel 2). Nilai median hasil digunakan untuk memplot kurva untuk DVB-T, untuk DVB-T2 64 QAM, dan untuk DVB-T2 256 QAM. Performa kedua receiver sangat mirip, dengan perbedaan rata-rata 0,2 dB. Standar deviasi untuk setiap mode sekitar 0,5 dB dengan nilai maksimum 0,8 dB. Level sinyal, dari -60 hingga -36 dBm, tidak memiliki pengaruh nyata pada hasil. Hasil pengukuran IR hanya menunjukkan satu jalur utama, dengan multipath sangat rendah (<25dB). Riak spektrum, diukur sebagai standar deviasi (σ), menunjukkan hasil yang sama, yaitu σ <1,9 dB untuk semua pengukuran. Jadi saluran harus diklasifikasikan sebagai Ricean di semua lokasi.


Tabel 3 memberikan lebih banyak informasi tentang nilai terukur bersama dengan hasil simulasi yang diberikan oleh standar untuk DVB-T dan untuk DVB-T2 dan persyaratan NorDig untuk penerima TV. Standar DVB memberikan hasil simulasi 3 untuk saluran gema Gaussian, Ricean, Rayleigh dan 0 dB. Kanal Ricean menggambarkan kondisi penerimaan antena outdoor tetap [2], sehingga nilai-nilai ini telah digunakan untuk perbandingan. Persyaratan NorDig tidak memberikan nilai untuk saluran Ricean, sehingga persyaratan untuk saluran Gaussian telah digunakan. 


Gambar 3 dan tabel 3 menunjukkan bahwa DVB-T2 64 QAM berperilaku lebih baik daripada 256 QAM untuk kecepatan bit yang serupa. Misalnya, 64 QAM 4/5 berperforma 0,8 dB lebih baik daripada 256 QAM 3/5, dan 64 QAM 2/3 berperforma 1,2 dB lebih baik daripada 256 QAM 1/2. Mengenai perbandingan antara DVB-T dan DVB-T2 untuk kecepatan bit yang sama, C/Nmin lebih rendah 4,6 dB saat menggunakan DVB-T2. Untuk persyaratan C/Nmin serupa, DVB-T2 64 QAM 3/4 meningkatkan kecepatan bit DVB-T 2/3 sebesar 56 persen, dan DVB-T2 64 QAM 4/5 meningkatkan kecepatan bit DVB-T 3/4 sebesar 45 persen. 


Nilai median pada tabel 3 lebih rendah dari persyaratan NorDig untuk semua konfigurasi yang diuji. Jika dibandingkan dengan hasil simulasi yang diterbitkan dalam standar DVB, kinerja DVB-T2 yang diukur lebih buruk daripada hasil simulasi (lebih optimis). Tidak demikian halnya dengan DVB-T, karena hasil simulasi telah mengungguli desain receiver saat ini. 






Kesimpulan: 


Tujuan uji coba lapangan ini adalah untuk memberikan nilai ambang batas dan panduan untuk perencanaan jaringan DVB-T2. Meskipun receiver komersial telah digunakan, C/Nmin yang diperoleh dapat digunakan sebagai titik referensi, karena pengembangan receiver di masa mendatang dapat mengungguli yang telah diuji, tetapi kinerja yang lebih buruk tidak diharapkan. Performa yang lebih buruk dari mode 256 QAM dapat membuat konstelasi baru ini tidak berguna untuk kecepatan bit yang dapat disediakan oleh mode 64 QAM. Kinerja ini berbeda dari model teoretis tetapi sesuai dengan pengujian yang dilakukan dengan dekoder penerima terintegrasi . Efek ini dapat ditingkatkan ketika Jaringan Frekuensi Tunggal hadir, karena konstelasi yang diputar dimaksudkan untuk situasi ini, karena mereka memiliki kinerja yang lebih baik untuk urutan konstelasi yang lebih rendah .  


Sebagai kesimpulan akhir, penerimaan DVB-T2 telah menunjukkan peningkatan penting dibandingkan DVB-T, dengan persyaratan C/Nmin yang lebih rendah atau memberikan kecepatan data yang lebih tinggi. Pengakuan: Karya ini didukung oleh Kementerian Perindustrian, Pariwisata, dan Perdagangan Spanyol di bawah proyek FURIA, TSI-020301-2009-33, dan oleh Kementerian Sains dan Inovasi Spanyol di bawah proyek NGRADIATE.


Pada tulisan selanjutnya akan saya bahas bagaimana merangkai balun yang sesuai agar penerimaan TV digital di rumah anda dapat dinikmati secara maksimal, silahkan klik disini.

Share:

Jumat, 12 Agustus 2022

Analog Switch Off 2 November 2022 - jadi gak ya ?



Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan, penghentian siaran TV Analog Switch Off (ASO) sesuai jadwal, yaitu pada 2 November 2022. Hal itu telah sesuai dengan amanat Undang-Undang No 11 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.

“Jadi secara prinsip, migrasi penyiaran televisi terestrial dari teknologi analog ke teknologi digital tetap berlanjut dan diimplementasikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja telah mengamanatkan penghentian penyiaran terestrial dengan teknologi analog (Analog Switch Off/ASO) dilakukan paling lambat pada tanggal 2 November 2022,” tulis Kemenkominfo yang dikutip dari laman Kominfo.go.id, Kamis (11/8/2022).



Hal itu disampaikan Kemenkominfo, untuk menanggapi isi putusan hak uji materiil (judicial review) oleh Mahkamah Agung (MA) terhadap PP 46/2021. Dalam putusan tersebut, MA mengabulkan permohonan uji materi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) nomor 46 tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran yang diajukan PT Lombok Nuansa Televisi.

Terkait hal tersebut, Kemenkominfo memberikan pandangan bahwa, pertama, keputusan MA tersebut berisi pembatalan Pasal 81 ayat (1) PP No. 46 Tahun 2021. Alasannya, pasal dimaksud bertentangan dengan Pasal 60A UU Penyiaran jo. Pasal 72 angka 8 UU Cipta Kerja.

Bunyi pasal 81 ayat (1) PP No 46 Tahun 2021 adalah sebagai berikut, Pasal 81, LPP, LPS, dan/atau LPK menyediakan layanan program siaran dengan menyewa slot multipleksing kepada penyelenggara multipleksing.

“Dengan demikian, Kemenkominfo perlu menyampaikan ke masyarakat bahwa ketentuan lain dalam PP 46/2021 yang mengatur mengenai implementasi migrasi televisi digital tidak dibatalkan oleh MA,” ungkap Kemenkominfo.

Kedua, sampai saat ini Kemenkominfo belum menerima salinan Putusan MA terhadap uji materiil Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran (PP 46/2021)
Share:

Sabtu, 23 Juli 2022

[DIY] Cara Membuat Power Inserter Untuk Antena Digital Booster Internal Jika Dipasang Pada TV Tanpa Daya Antena (bukan STB)

 



Kebutuhan untuk menonton TV digital yang jernih semakin nyata diperlukan oleh semua orang yang masih menonton tv di jaman serba online sekarang ini. Terutama oleh mereka yang memiliki kendala penerimaan TV karena lokasi yang lumayan jauh dengan pemancar televisi DVB T2 atau dikarenakan alasan terkendala lokasi rumah yang terjepit oleh bangunan diantara tembok perkotaan yang tinggi. Ini juga saya alami ketika ingin memasang antena UHF di apartemen dimana tidak memungkinkan memasang antena UHF diluar sehingga antena Indoor memerlukan BOOSTER penguat untuk mendapatkan kekuatan penerimaan yang cukup.

Salah satu antena pilihan saya yang merupakan antena dual mode indoor maupun outdoor adalah Venus Cabe Rawit yang sudah saya pernah bahas disini. Dengan alasan bentuk yang mungil serta dilengkapi booster internal, maka dengan memanfaatkan power internal / daya antena pada menu di STB, cukup colok saja ke antena input STB dan anda sudah mendapatkan sinyal TV yang jernih sesuai penerimaan yang diinginkan. Namun ada kendala ketika pada TV digital umumnya tidak memiliki fasilitas daya antena seperti pada STB.




Solusinya adalah kita dapat membeli power inserter yang ada dipasaran,  namun jika kesusahan mendapatkannya maka kita dapat membuat sendiri dengan hanya beberapa komponen sederhana. Rangkaiannya seperti berikut :





Rangkaian diatas bisa dimasukkan ke dalam kotak sederhana atau splitter / diseqc bekas sehingga F connectornya bisa dimanfaatkan. Kreasi saya adalah seperti berikut dengan menyolder langsung pada kabel coaxial / kabel antena.




Untuk power suply 5 volt dapat mengambil dari USB port yang umum ada pada pesawat penerima TV jaman now. Kabel nya bisa diambilkan dari kabel charger bekas  dan dipastikan antara + dan - nya tidak terjadi short sehingga harus di isolasi dengan bagus.



Jika menggunakan solder untuk menyambung kabel coaxial, maka akan terkendala pada kabel murahan dimana kabel serabut umumnya bukan tembaga. Timah gak bakalan mau nempel lhoo..jadi pastikan hubungan dengan ground dari F connector terjadi dengan bantuan isolasi.




Dan selanjutnya alat power inserter ini dapat dicoba terlebih dahulu dengan mengetes tegangan 5 volt apakah sudah muncul ke arah antena dan tidak ada tegangan yang balik ke input antena TV. 




Selamat Mencoba...




Share:

Kamis, 14 Juli 2022

Cara buat 2 TV 1 antena Digital - Cari pantulan saja DVB-T2 sinyal joss

 


Kali ini saya mau berbagi pengalaman dari pekerjaan TV digital yang baru saja selesai saya kerjakan. Ada 2 TV dirumah ini dan masing-masing butuh STB. Kondisi yang saya temukan dilapangan sebagai berikut :


  • Terdapat antena PF 3000 yang legendaris namun sayang drivennya sudah karatan dan kabel sudah pecah dan retak-retak termakan cuaca
  • Lokasi rumah terhimpit tembok tetangga dan BTS yang menyebabkan kesulitan mencari arah yang sesuai dengan peta di bawah ini.



Permasalahan pertama dapat saya atasi dengan memanfaatkan driven yang saya beli dari industri antena tv di banyumas, sekalian nih ceritanya saya mau mencoba kualitasnya. Karena terdapat dua buah TV yang akan saya ubah menjadi digital, maka saya melakukan modifikasi dengan menempatkan dua buah driven loop dipole seperti pada gambar.




Pertimbangan saya kenapa tetap mempertahankan antena PF3000, dikarenakan antena legendaris ini aluminium dan plastiknya sangat kuat walau terkena hujan panas bertahun-tahun.


Lalu bagaimana dengan tembok serta BTS yang menjulang tinggi menghalangi Line Of Sight ke arah pusat pemancar TV di Surabaya barat? Setelah melihat disekitar terdapat kubah dan menara masjid yg cukup tinggi untuk menjadi " pemantul " sinyal digital. Kenapa begitu ? karena teknologi DVB-T2 memiliki kemampuan untuk mencari sinyal terbaik walau dari pantulan sekalipun. jadi jangan berkecil hati kalau lokasi kamu terjepit seperti gambar dibawah ini.




Bagaimana dengan hasil di STB? Saya ambilkan contoh siaran digital terjelek di Surabaya dan hasilnya LUAR BIASA !




Bagaimana ? Berani mencoba ? Saya tunggu sharing hasilnya kawan....

Share:

Selasa, 10 Mei 2022

TV Publik Swiss Menghentikan Siaran Digital Teresterial Tahun 2019 - Kita Indonesia ...



Swiss merupakan negara kecil di Eropa dengan status negara netral yg diapit 4 negara besar sehingga mempengaruhi sistem kenegaraannya. Sistem demokrasi langsung Swiss dan fakta bahwa negara itu memiliki empat bahasa resmi (Bahasa Jerman, Prancis, Italia dan Romansh) berarti bahwa struktur penyiaran pelayanan publik Swiss agak rumit. Pemegang sebenarnya dari izin penyiaran adalah SRG SSR sehingga memungkinkan untuk mengoperasikan empat asosiasi penyiaran regional: SRG idée suisse Deutschschweiz (SRG.D), SSR idée suisse Romande (RTSR), Società cooperativa per la radiotelevisione nella Svizzera italiana (CORSI), dan SRG SSR idée suisse Svizra Rumantscha (SRG.R). Keempat asosiasi, yang untuk sebagian besar dijalankan independen oleh pendengar dan pemirsa di setiap daerah, menjadikan  SRG SSR sebagai  pusat produksi penyiaran bersama dan perusahaan penyiaran publik.

Namun Swiss telah mematikan layanan televisi terestrial digital (DTT) free-to-air pada tahun 2019. Keputusan tersebut didasarkan pada penetrasi DTT yang sangat rendah di Swiss dan peningkatan langganan IPTV yang terus berlanjut. Langkah ini merupakan bagian dari paket tindakan penghematan biaya yang disepakati antara penyiar publik Swiss SRG dan Dewan Federal Swiss setelah referendum 'No Billag' atau Tanpa Iuran baru-baru ini.

Platform siaran free-to-air utama di Swiss tetap melalui layanan satelit berbasis DVB-S2. Sebagian besar rumah tangga Swiss menerima paket TV dasar dalam langganan broadband mereka, yang menjelaskan peningkatan penerimaan IPTV dalam beberapa tahun terakhir. IPTV sudah memiliki penetrasi 48,4% pada tahun 2016 menurut EBU Media Intelligence Service. Seorang juru bicara SRG mengatakan bahwa perusahaan memperkirakan pemutusan DTT hanya akan mempengaruhi sekitar 64.000 rumah tangga. Ada 2,7 juta rumah tangga yg memiliki TV di Swiss.



Terjadi  perubahan kebiasaan menonton TV




Keputusan Swiss juga merupakan cerminan dari perubahan kebiasaan menonton, di mana ada pergeseran yang lebih besar ke konsumsi konten online. HbbTV (Hybrid broadcast broadband TV ) merupakan bagian integral dari proposisi Swiss pada kabel, IPTV, satelit dan DTT, dan proyek DVB dalam memfasilitasi pengiriman broadband layanannya melalui DVB-I dan teknik lain mengatasi perubahan ini.

Pasar lain di Eropa memiliki ketergantungan yang jauh lebih kuat pada DTT daripada Swiss. Penetrasi rata-rata untuk DTT di set utama untuk EU27 adalah 27,7%, dengan Kroasia, Yunani, Italia, dan Spanyol semuanya memiliki tingkat di atas 50%.

Sebagian besar negara yang meluncurkan layanan DTT hari ini memilih DVB-T2. Karena negara-negara Eropa yang masih menggunakan DVB-T merencanakan transisi mereka ke DVB-T2, layanan akan terus berkembang karena platform mereka diperkaya dengan UHD, HDR, dan layanan lanjutan yang ditingkatkan. “DVB sangat bangga untuk terus menjadi tulang punggung televisi digital, di Eropa dan di seluruh dunia, tidak peduli bagaimana hal itu disampaikan,” kata Peter MacAvock, ketua Proyek DVB.


Swiss tentu saja merupakan kasus khusus sebagian karena medan pegunungan kurang menguntungkan untuk perambatan sinyal DTT. Hanya 1,9% atau 64.000 rumah di Swiss sekarang menggunakan DVB-T untuk penerimaan TV utama menurut SRG. Sisanya menggunakan IPTV, kabel atau DTH, dengan SRG merekomendasikan agar rumah yang terpengaruh oleh pemutusan memilih yang terakhir karena menawarkan penerimaan yang jauh lebih baik sementara juga bebas mengudara.

Faktor lain adalah bahwa SRG menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memangkas biaya karena tetap didanai oleh biaya lisensi, yang akan tetap berlaku setelah 71,6% pemilih negara itu menolak inisiatif No Billag untuk menghapuskan biaya iuran televisi dalam referendum yang diadakan pada Maret 2018. Ini berperan penting dalam gerakan untuk menghentikan DTT dan berkonsentrasi untuk menawarkan alternatif yang jelas untuk TV komersial, yang dengan sendirinya menimbulkan biaya.




Membuat Gaduh Dunia Pertelevisian


Kandidat yang paling mungkin untuk mengikuti langkah Swiss dalam waktu dekat adalah negara-negara di mana penetrasi DTT telah merosot ke tingkat yang rendah dengan alternatif broadband kecepatan tinggi, TV kabel dan satelit lebih mendominasi. Di Belgia dan Belanda, TV satelit sebagian besar merupakan pilihan cadangan tetapi broadband dan kabel telah menyapu pasar DTT dan kemungkinan besar menuju jalan keluar dalam beberapa tahun ke depan. Di Belgia, malaikat maut sudah melayang di atas DTT dengan penyiar publik berbahasa Belanda VRT menghentikan siaran DVB-T-nya pada 1 Desember 2019. Hal ini memengaruhi tiga saluran utama VRT Eén, Canvas, dan Ketnet, yang saat ini tersedia gratis untuk- udara di seluruh negeri, yang hanya 45.000 orang masih menonton DTT, sementara biaya lebih dari €1 juta per tahun untuk mempertahankan. VRT mengatakan akan menginvestasikan kembali uangnya pada platform online VRT Nu gratis yang memiliki 1,125 juta pengguna terdaftar.


Swedia dan Finlandia mungkin merupakan negara Eropa berikutnya yang meninggalkan DTT, tetapi untuk alasan yang berbeda, karena perubahan yang kuat menuju 4G LTE sebagai sumber konten video di ponsel cerdas dan tablet. Memang benar bahwa Swedia telah bermigrasi dari DVB generasi pertama ke DVB-T2, tetapi telah dikurangi karena penurunan permintaan. Rencana awalnya adalah untuk mengirimkan sejumlah besar saluran HD melalui DVB-T2 tetapi setelah berkonsultasi dengan penyiar, perusahaan pemancar negara Tracom merevisi perkiraannya ke bawah dan sekarang dengan pengurangan kapasitas DTT hanya akan mempertahankan layanan yang ada. Seperti yang diakui Tracom, jumlah penerima dengan dukungan DVB-T2 jauh lebih sedikit dari yang diharapkan atau diantisipasi.

Langkah Swiss juga telah memicu beberapa kesedihan di AS atas masa depan DTT di sana yang tampak aman di masa mendatang. Setelah semua upaya besar telah dilakukan dalam mengembangkan generasi ketiga dari standar DTT Amerika Utara yang berlaku, ATSC 3.0, yang bertujuan untuk melompati versi DTT lainnya dengan dukungan untuk UHD pada resolusi 2160p 4K pada 120 frame per detik dan iklan bertarget.


Ini telah dirancang dengan mempertimbangkan konvergensi seluler di sekitar 5G lebih dari sekadar DVB-T2, sementara juga memfasilitasi TV hibrida yang menggabungkan OTT dan siaran menggunakan pengiriman video MPEG DASH melalui broadband. Faktanya, Forum Industri DASH (DASH-IF) mengembangkan profil interoperabilitas DASH khusus untuk ATSC 3.0.

Dengan latar belakang ini, masa depan DTT di AS tampak aman. Bagaimanapun juga ATSC 3.0 telah mendapatkan daya tarik di tempat lain, termasuk Korea Selatan yang meluncurkan layanan ATSC 3.0 terestrial pada Mei 2017 sebagai persiapan untuk Olimpiade Musim Dingin 2018.

Namun jaringan utama AS seperti NBC, CBC, ABC dan Fox tidak dipaksa untuk menyiarkan saluran mereka melalui DTT dan jika mereka mau, dapat menawarkan konten premium mereka secara eksklusif kepada operator kabel dan satelit. Selain itu, sementara Komisi Komunikasi Federal (FCC) menyetujui peraturan untuk stasiun siaran untuk secara sukarela menawarkan layanan ATSC 3.0, mereka tetap harus ditawarkan bersama sinyal digital ATSC standar. Tidak akan ada transisi wajib ke ATSC 3.0 seperti halnya transisi dari NTSC analog ke ATSC. Oleh karena itu ada jalan keluar untuk jaringan jika mereka tidak percaya bahwa investasi dalam migrasi ATSC 3.0 dibenarkan oleh kemungkinan penetrasi.





Di sisi lain, ada fenomena churn (perubahan) besar-besaran di AS, yang memiliki efek samping sedikit meningkatkan penayangan DTT selama beberapa tahun terakhir. Ini karena lebih banyak rumah yang mengandalkan free to air yang dikombinasikan dengan satu atau lebih penawaran SVoD, sehingga jaringan akan enggan untuk memberikan rute penting ini ke TV utama.

Di Asia Pasifik juga terdapat gambaran yang sangat beragam, dengan beberapa negara benar-benar meningkatkan komitmen mereka terhadap DTT yang menunjukkan bahwa DTT mungkin bertahan di sana, paling lama, meskipun hal itu berpotensi berubah dengan cepat. India adalah kasus yang menarik dengan nasib DTT ada dalam keseimbangan tetapi mungkin di ambang rebound. Dilatarbelakangi bahwa penyiaran telah berkembang pesat dan dirangsang oleh sejumlah operator satelit dan digitalisasi kabel, yang sebagian besar diselesaikan dalam proses empat fase pada Maret 2017.

Itu membuat penyiaran terestrial sebagai satu-satunya media yang belum didigitalkan, menyebabkan Otoritas Regulasi Telekomunikasi India (TRAI) mengeluarkan makalah konsultasi yang merekomendasikan negara tersebut untuk melanjutkan digitalisasi DTT.

Makalah tersebut mencatat bahwa sebagian besar data di India disediakan melalui koneksi seluler dan bahwa DTT memiliki potensi untuk mengambil sebagian beban dari jaringan seluler. Menariknya, ponsel yang mendukung DTT dapat memiliki chip terintegrasi atau bahkan dongle untuk akses DTT. Ini telah dicoba sebelumnya dan memiliki implikasi baterai yang sangat besar jika ditempatkan langsung ke telepon.

TRAI telah menganjurkan rencana tiga fase untuk migrasi DTT yang meniru model digitalisasi kabel sebelumnya, dimulai dengan kota-kota besar, kemudian daerah perkotaan yang lebih kecil dan akhirnya seluruh negeri pada tahun 2023, meskipun kedengarannya ambisius.

Hasil dari semua ini adalah bahwa sementara pemutusan Swiss benar-benar menandai kematian DTT di beberapa negara selama beberapa tahun ke depan, masih terlalu dini untuk menghapusnya secara global dan nasibnya akan sangat bervariasi tergantung pada faktor-faktor termasuk medan dan kepadatan penduduk . Namun tidak seorang pun yang berkecimpung di dunia broadcast akan menjadi kaya dengan menyediakan konten melalui DTT saja, itu sudah pasti. Youtuber dan tiktoker ? Sudah jelas pasar berubah kawan..



sumber : https://rethinkresearch.biz/articles/swiss-dtt-shutdown-beginning-of-end-for-digital-terrestrial/

Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (12) antares (8) arduino (25) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (25) euro2020 (13) gcc (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (58) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (5) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (1) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (7) radio (15) raspberry pi (4) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (92) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika