Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Tampilkan postingan dengan label tutorial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tutorial. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Juni 2023

Cara Mengontrol Modul Relay Modbus - RS485 Melalui PC

 



Setelah beberapa kali membahas mengenai cara akses perangkat sensor ber-protokol Modbus RTU, maka kali ini akan dipraktekkan bagaimana cara mengontrol relay yang modulnya banyak beredar di marketplace yaitu bertipe 485 relay 2 ch / 4 ch / 8 ch  V1.1 . Modul ini banyak dibahas di berbagai blog, bagaimana secara gamblang sekali mengirim datanya menggunakan arduino, dimana kebanyakan menggunakan perintah serial langsung jadi (berupa sequence modbus) beserta dengan ceksum CRC mod16 di belakangnya.


Sebelumnya bisa dibaca seri tulisan mengenai modbus disini dan praktek pzem disini


Namun seperti  biasa bukan blog aisi555 kalau hanya berbagi script langsung pakai tanpa membuat bingung pembaca. Eeiittt....kali ini gampang kok, cukup sediakan modul relay nya seperti diatas beserta power suply 12 volt dan jangan sampai ketinggalan perangkat USB to RS485 yang akan menghubungkan PC ke perangkat relay secara RS485. Setelah menghubungkan 2 kabel A+ dan B-  antara USB to RS485 vs Modul Relay, maka dari berbagai sumber di internet ( disini dan disini ) saya pilihkan beberapa perintah serial siap pakai yg bisa dicoba melalui terminal/putty/realterm. Ingat bahwa perangkat yang baru datang secara default /awal memiliki address 1 dengan BaudRate 9600.




Cara Mengetahui Address :

00 03 00 00 00 01 85 DB

Return:

00 03 02 00 01 44 44  ==> 01 itu address (warna merah)


Kita asumsikan address dari modul adalah 01 ( 1 byte paling depan adalah address)


Relay 0 ON  : 01 05 00 00 FF 00 8C 3A

Relay 0 OFF: 01 05 00 00 00 00 CD CA


Relay 1 ON : 01 05 00 01 FF 00 DD FA 

Relay 1 OFF: 01 05 00 01 00 00 9C 0A 


Relay 2 ON : 01 05 00 02 FF 00 2D FA

Relay 2 OFF : 01 05 00 02 00 00 6C 0A 


Relay 3 ON : 01 05 00 03 FF 00 7C 3A

Relay 3 OFF : 01 05 00 03 00 00 3D CA


*) Warna orange / 2 byte di belakang adalah CRC Modbus 16


Saya sih lebih senang menggunakan Real Term sebagai serial terminal untuk mengetestnya seperti yang saya lakukan sebelumnya ( klik disini untuk mengetahui seting nya) , dan hasil capture saya dibawah ini :



CRC Modbus 16 di bagian belakang (2 byte terakhir) dapat di masukkan langsung atau membiarkannya dibuatkan langsung oleh RealTerm. Jangan lupa menambahkan 0x sebelum hexanya agar tidak terjadi error (khusus realterm)


Perintah lainnya yang mungkin berguna :


SEMUA ON : 01 0F 00 00 00 08 01 FF BE D5

SEMUA OFF : 01 0F 00 00 00 08 01 00 FE 95


Membalik posisi relay / Flip / Toggle

Relay 0 Flip / Toggle : 01 05 00 00 55 00 F2 9A

Relay 1 Flip / Toggle : 01 05 00 01 55 00 A3 5A

Relay 2 Flip  / Toggle : 01 05 00 02 55 00 53 5A

Relay 3 Flip  / Toggle : 01 05 00 03 55 00 02 9A

 

Merubah address (contoh dari 01 ke 09 ) :  01 10 00 00 00 01 02 00 09 66 56

Merubah address (contoh dari 09 ke 01 ) : 09 10 00 00 00 01 02 00 01 00 50




Lalu animasi paling atas gimana ya ? Saya gunakan python untuk merubah relay secara berurutan:


import serial
from time import sleep

ser = serial.Serial("COM25", baudrate=9600, timeout=3.0)

tog1 =b'\x01\x05\x00\x00\x55\x00\xF2\x9A'
tog2 =b'\x01\x05\x00\x01\x55\x00\xA3\x5A'
tog3 =b'\x01\x05\x00\x02\x55\x00\x53\x5A'
tog4 =b'\x01\x05\x00\x03\x55\x00\x02\x9A'


while (True):
    print("Merubah relay secara berurutan ..")
    ser.write(tog1)
    sleep(0.5)
    ser.write(tog2)
    sleep(0.5)
    ser.write(tog3)
    sleep(0.5)
    ser.write(tog4)
    sleep(0.5)

Pada kesempatan selanjutnya saya akan mengakses modul relay modbus RS 485 ini melalui node red baca disini.
Share:

Rabu, 25 Mei 2022

LoRaWan - Antares id "Hello World" dengan SX1276 / RFM95 di Frekuensi AS923-2

 


Lora bukanlah barang yang asing bagi saya karena telah cukup lama mengenal modul modem RF nya kira-kira 7 tahun yang lalu, dan berhasil mengirimkan data text / terminal serial antar 2 modul lora (point to point) yang saya letakkan dari ujung ke ujung jembatan Suramadu. Kala itu modul yang digunakan masih menggunakan frekuensi 433 Mhz yang cukup terjangkau harganya,  namun setelah praktek sederhana ini saya merasa tak ada yg spesial dari sekedar kirim-kiriman data jarak jauh. Kemudian ketika konsep IOT saya sudah lumayan mendapatkan pencerahan dan lebih memilih wifi sebagai koneksi paling murah meriah, maka modul ini jadi terlupakan dan entah terselip dimana. Apalagi kemudian pemerintah baru men-standarkan dan meregulasi frekuensi lora sesuai dengan pembagian regional ITU - Lora aliance yaitu di 923Mhz pada tahun 2019.

Ketiadaan gateway lora pada tahun dimana saya mencoba lora juga menjadi kendala untuk oprek-oprek, dan saat itu pernah membantu seorang mahasiswa menyeting GW Lora dragino yang ternyata harganya sangat memberatkan kantong mahasiswa. Baik TTN ( the things network) maupun Lora alliance tidak muncul juga gatewaynya saat saya getol2nya mengoprek modul lora 433Mhz. Sampai suatu ketika saya mendapatkan request pembaca untuk menengok perkembangan gateway LoraWan yang dipasang telkom bersama mitratel. Lalu meluncurlah saya ke websitenya Telkom iot dan mendapatkan Lorawan nya ternyata telah di deploy dan memancar dilokasi yang tak jauh dari kediaman saya.


 





Peta diatas terasa sangat familiar bagi saya, perasaan de-ja-vu pun muncul...yahh karena telkom surabaya adalah mantan terindah buat saya. Cieee...cieee....ya iyalah hampir 9 tahun saya berkutat dengan map dan coverage persis dengan gambar diatas. Dan benar saja lingkaran merah yang menyatakan sinyal Lorawan nya besar, itu berada pada titik lokasi STO Telkom yang memiliki tower BTS / Radio. Yahhh..kenangan mantan memang menyakitkan, namun saya harus MOVE ON dan segera mencari modul Lora dengan frekuensi sesuai standar di Indonesia.



  

Banyak modul Lora yang beredar di pasaran online, dan saya sangat berhati-hati agar tidak salah membeli karena dana sedang tipis-tipisnya. Apalagi ada yg memberitahu saya kalau modul lora berbasis esp32 TTG / LilyGo sedang kosong dipasaran. Pilihan datang ke breakout board Lora berbasis SX1276 atau RFM95 yang lumayan terjangkau, namun belum siap pakai karena harus melakukan penyesuaian ke microcontroller yang digunakan. Namun setelah diyakinkan oleh seller online nya dan seharian membaca di internet, saya memutuskan untuk membelinya dan menyandingkannya dengan Arduino nano yang teronggok tak terpakai di gudang. Rangkaian / skematik yg saya gunakan kira-kira tak jauh dari yang bisa didapatkan di internet.



Library yang pertama saya gunakan adalah library LoraId milik antares yang tersedia di sketch arduino, maupun library lainnya yang terdapat pada modul training di website antares. Sesuai pengalaman sebelumnya saat saya membahas library Antares, muncul keraguan kalau library ini tidak bisa langsung pakai dan harus saya oprek terlebih dahulu. Dan benar saja modul lora yang sukses saya koneksikan ke arduino, ternyata tidak mengirimkan data ke console web antares. 



  

Bahkan saya harus berkeliling kota, nostalgia pekerjaan 10 tahun yang lalu yaitu mencari sinyal sesuai peta coverage yang diberikan Telkom. Namun tetap saja hasilnya zonk ! Saya menggunakan script example yang ada pada librarynya Lora-antares, namun kenapa gagal ya ?



Pulang dengan tangan hampa dan wajah terbakar panasnya matahari Surabaya, saya teringat bagaimana proses yg saya lakukan ketika dulu, saya pernah menemukan bug pada library antares yang pernah saya bahas disini.  Saya menggunakan mode koneksi ke gateway secara ABP (Activation by Personalization) sehingga id dan key saya tetap gak berubah, dibanding saya harus menggunakan Autentifikasi lewat OTAA. Jadi kira-kira analisa saya, kenapa tidak bisa terhubung ke gateway antares,  seperti ini:


  1. NwkSkey, ApkSkey dan DevAdress kemungkinan salah format
  2. Frekuensi yang digunakan tidak tepat
  3. Library nya kacau ayuk diubah aja


Berdasarkan tutorial dari librarynya antares, key dan id dari device lora di console antares, mirip dengan yang diajarkan sebelumnya untuk library lainnya, yaitu seperti script ini :


  // Put Antares Key and DevAddress here
  lora.setAccessKey("your Access Key");
  lora.setDeviceId("your Device Id");


Lalu menurut contoh pada modul tutorial, setAccessKey didapatkan dengan melihat pair key dari id userkey di console antares yang berformat : 1111111111111111:2222222222222222 . Jadi 16karakter:16karakter. Namun saat di jalankan maka dilihat pada debug terminal, format dari  NwkSkey dan ApkSkey sesuai dengan literatur yang saya baca yaitu 128bit atau 32 karakter. Sedangkan format device ID nya benar.




Kecurigaan muncul dari saat proses ADD DEVICE lalu SETLORA. Ternyata sudah disediakan NwkSkey dan ApkSkey namun tidak ditampilkan pada console. Dilalahnya pair userkey bukanlah seperti key 128 bit yang ditampilkan pada layar.



Kacau bukan ? Apakah tebakan saya benar dan berhasil mengirimkan pesan ke Gateway? Oooo..tentu tidak semudah itu kawan! Ternyata masih zonk dan kemudian saya melanjutkan kecurigaan dengan frekuensi. Benar saja ada perbedaan tabel frekuensi antara library pada sketch arduino dan tutorial web antares. Dan menurut keputusan kominfo, frekuensi gateway telkom ada pada rentang 921.2 Mhz - 922.6 Mhz dengan jarak tiap channel 200kHz. Ahhh pusing banget harus oprek librarynya antares dan saya kemudian beralih ke 2 library yang saya temukan di Internet yaitu :

  1. Lorawan Packet  by Ricaun disini
  2. Arduino-LoRa by Sandeep Mistry disini


Jadi saya install ke dua library diatas yang saling  berhubungan, dan script testingnya pun sangat mudah dipahami seperti berikut :




#include <SPI.h>
#include <LoRa.h>

#include <LoRaWanPacket.h>
// sesuaikan pin yang dipakai
const int csPin = 10;
const int resetPin = 9;
const int irqPin = 2; // DIO0
//sesuaikan key dan address device lora antares
const char *devAddr = "xxxxxxxx";
const char *nwkSKey = "11111111111111110000000000000000";
const char *appSKey = "00000000000000002222222222222222";

unsigned int counter = 1; 

struct LoRa_config
{
  long Frequency;
  int SpreadingFactor;
  long SignalBandwidth;
  int CodingRate4;
  bool enableCrc;
  bool invertIQ;
  int SyncWord;
  int PreambleLength;
};
//frekuensi  SF BW dan sebagainya
static LoRa_config txLoRa = {922000000, 10, 125000, 5, true, false, 0x34, 8};

void LoRa_setConfig(struct LoRa_config config)
{
  LoRa.setFrequency(config.Frequency);
  LoRa.setSpreadingFactor(config.SpreadingFactor);
  LoRa.setSignalBandwidth(config.SignalBandwidth);
  LoRa.setCodingRate4(config.CodingRate4);
  if (config.enableCrc)
    LoRa.enableCrc();
  else
    LoRa.disableCrc();
  if (config.invertIQ)
    LoRa.enableInvertIQ();
  else
    LoRa.disableInvertIQ();
  LoRa.setSyncWord(config.SyncWord);
  LoRa.setPreambleLength(config.PreambleLength);
}

void LoRa_TxMode()
{
  LoRa_setConfig(txLoRa);
  LoRa.idle();
}

void setup()
{
  Serial.begin(115200);
  while (!Serial);

  LoRaWanPacket.personalize(devAddr, nwkSKey, appSKey);

  LoRa.setPins(csPin, resetPin, irqPin);

  if (!LoRa.begin(txLoRa.Frequency)) {
    Serial.println("LoRa init failed. Check your connections.");
    while (true);
  }

  Serial.println("LoRa init succeeded.");
  Serial.println();

  LoRa_sendMessage();
}

void loop() {
  if (runEvery(10000)) {

    LoRa_sendMessage();
    counter++;
    Serial.println("Send Message!");
  }
}

void LoRa_sendMessage()
{
  LoRa_TxMode();
  LoRaWanPacket.clear();
  LoRaWanPacket.print("Hello World");
  LoRaWanPacket.print(" data ke-");
  LoRaWanPacket.print(String(counter));
  if (LoRaWanPacket.encode()) 
  {
    LoRa.beginPacket();
    LoRa.write(LoRaWanPacket.buffer(), LoRaWanPacket.length());
    LoRa.endPacket();
  }
}

boolean runEvery(unsigned long interval)
{
  static unsigned long previousMillis = 0;
  unsigned long currentMillis = millis();
  if (currentMillis - previousMillis >= interval)
  {
    previousMillis = currentMillis;
    return true;
  }
  return false;
}

Hasilnya diluar dugaan saya dapat mengirim pesan ke gateway dengan lancar. Saya menggunakan frekuensi yang FIX sesuai dengan tabel frekuensi yang digunakan oleh gateway Lora nya Telkom.




Lalu bagaimana dengan librarynya telkom antares? Kalau ini sih saya gak akan bagikan disini karena sangat membingungkan untuk dijelaskan melalui tulisan. Namun intinya dapat saya ceritakan kalau library nya telkom antares / LoraId kurang bagus saat TX dibandingkan dengan  library lorawan packet. Ada pesan yang tidak nyantol ke antares jika menggunakan library bawaan, ketimbang lorawan packet yang selalu sukses. Namun dengan oprekan tambal sulam yg saya lakukan di library LoRa antares, saya dapat mengirimkan pesan downlink secara MQTT menuju arduino saya melalui LORA GATEWAY. Jarak lokasi rumah dengan titik BTS Gateway LoraWAN di telkom sekitar 1 km.





Wahh..jadi gatel nihh pengen lanjut cek sinyal lora keliling Surabaya...tunggu episode berikutnya yaa...







Share:

Sabtu, 09 April 2022

Modifikasi Mic TaffStudio BM 800 Untuk Mengurangi Noise Floor dan Feedback Saat Live Via Speaker

 


Mikrofon untuk podcast yang paling viral dan termurah saat ini adalah seri BM800 yang merupakan clone dari berbagai mikrofon podcast kelas menengah. Kenapa clone? karena jika ditelusuri maka rangkaian dari preamp atau jeroan dari mic ini sangat umum dibagikan pada forum atau group yang membahas tentang audio. Sehingga dengan menggunakan bahan komponen elektronik dan bahan besi body yang kelas bawah, membuat harga jual dari mic ini cukup membuat ngeri produsen mic untuk perang menurunkan harga. Namun kualitasnya dapat dihandalkan juga kok, jadi jangan takut.


Berdasarkan pengalaman Aisi555 dalam pemanfaatan mic ini, terutama saat perbaikan audio system di Pura Agung Jagat Karana Surabaya (baca disini) , mic Taffstudio (atau kadang ada yg memberi label merek Taffware) BM 800 dan yang sejenis memiliki karakteristik seperti ini :



Dari rangkaian preamp yang umum ditemukan di internet, maka mic ini dapat langsung digunakan untuk rekaman di PC atau di smartphone dengan memainkan gain lebih tinggi namun dengan kompensasi desis yg lumayan menggangu. Untuk suara lebih bagus maka diperlukan Phantom Power atau mixer yang rangkaiannya dapat dibuat dari komponen sederhana seperti dibahas disini.





Selanjutnya jika diperhatikan jeroannya menggunakan pickup mic condenser dengan arah yang ke samping body seperti pada gambar dibawah :



Sehingga dalam penggunaan untuk podcast atau menyanyi diharapkan suara datang dari arah logo atau tulisan TaffStudio BM800.



Mikrofon ini sebenarnya khusus untuk penggunaan rekaman di studio atau jika ingin merekam suara alam dengan latar belakang ambience air mengalir, kicauan burung dan sebagainya. Jadi karena rangkaiannya memiliki gain yang cukup tinggi maka mic ini memiliki noise floor atau background noise yg cukup tinggi. Silahkan gunakan headset dan perhatikan suara yang saya rekam ini, sehingga mendengar suara desis,  denging pompa air jetpump serta kicauan burung tetangga saya.




Karena gain yang cukup tinggi, maka untuk penggunaan live speaker out seperti karaoke maupun rekaman pada panggung, feedback akan sangat mudah terbentuk. Ini dikarenakan tingkat Noise Floor atau ambience pick up nya yang sangat sensitif, seperti yang ditemukan pada video youtube di link ini.

Untuk itu perlu diturunkan Gain nya agar lebih leluasa mengatur pada mixer saat penggunaan live atau speaker. Rangkaian tambahannya cukup sederhana dengan modal komponen tidak lebih dari 5000 rupiah saja.



 
Penempatan komponennya bisa meniru yang saya lakukan seperti gambar berikut :




Dari beberapa forum audio yang membahas modifikasi BM 800 ada yang melakukan kombinasi Zener dan Resistor seperti ini :  Z 5.1 volt dengan R 470 ohm , Z 9.1 volt (aslinya) dengan R 560 ohm dan ada juga menggunakan Z 11 volt dengan R 1K ohm.  Jadi dapat disesuaikan dengan kegunaan dan karakteristik feedback audio sistem di lokasi pembaca.


Untuk melihat hasilnya dapat dibandingkan pada video berikut :




Bagaimana ? Berhasil bukan ? Saya harap ini dapat membantu mengurangi noise floor dan menghilangkan feedback mic TaffStudio BM 800 saat penggunaan live dengan speaker. Selamat mencoba !

Share:

Jumat, 08 April 2022

Rangkaian Phantom Power Untuk Mic BM 800 Dari Komponen Bekas

 



Microphone yang digunakan untuk podcast pada umumnya adalah jenis mic condenser walau ada juga ( terutama yang kelas atas ) menggunakan mikrofon dengan pickup dynamic. Seperti yg digunakan oleh om Deddy Corbuzier si raja podcast diatas microphonenya menggunakan merek Shure SM7B yang katanya ber bandrol 7 jutaan. Gila ? Ya ndaklah...bandingkan saja dengan kaliber tamu yang hadir dan juga jumlah viewer tiap kali mengunggah video. Jadi Harga mic ini menjadi sangat kecil dari presentase pendapatan dari adsense maupun endorse barang dan jasa yang berderet itu.

Lalu bagi pemula pilihan microphone buat podcast apa ya ? Banyak kok beredar di mana-mana dan bahkan yang termurah cukup menggunakan mic clip on 10 ribuan lalu pakai HP sebagai perekamnya. Yahh untuk gaya-gayaan kini sudah ada Mic Podcast sejuta umat bermerek TaffStudio BM800.


 


Mic ini sangat terjangkau, bahkan ada yang menjual 1 paket dengan stand mic khas podcast dan juga ada yg memberikan bonus USB soundcard. Kenapa dapat bonus USB soundcard? Apa tidak bisa langsung colok ke PC/Laptop atau smartphone ? Ya karena ada ciri khas mic condenser yang mengharuskan adanya rangkaian pre-amp ber-tergangan DC, dan benar saja mic TaffStudio BM800 mengharuskan penggunaan tegangan tambahan yg lazim disebut Phantom Power 48Volt. Jika colok langsung ke PC maka tegangan yg didapatkan hanya sebesar 5 volt saja dan suaranya menjadi agak kecil. Memang sih bisa diboost suara mic pada sound setting, namun akan ada desis dan dengung serta suara aneh yang ikutan keluar.




Untuk mendapatkan hasil yang bagus maka diperlukan perangkat tambahan berupa Mixer atau alat khusus yg dijual untuk mencatu daya mic condenser sebesar 48 volt. Apa sih phantom power itu ?

Menurut wikipedia Phantom power dalam konteks peralatan audio profesional, adalah daya listrik DC yang ditransmisikan melalui kabel mikrofon untuk mengoperasikan mikrofon yang terdapat sirkuit elektronik aktif didalamnya. Ini dikenal sebagai sumber daya yang nyaman untuk mikrofon kondensor, meskipun banyak perangkat audio aktif lainnya juga menggunakannya. Metode ini juga digunakan dalam aplikasi lain di mana catu daya dan komunikasi sinyal terjadi pada kedua kabel.


Catu daya phantom biasanya dipasang di konsol mixing, preamplifier mikrofon, dan peralatan serupa. Selain mengaktifkan sirkuit mikrofon, mikrofon kondensor tradisional juga menggunakan phantom power untuk mempolarisasi elemen transduser mikrofon.

Bagaimana jika tidak memiliki dana lebih untuk membeli mixer? Gampang, saya telah mencoba merangkai catu daya phantom dari gambar rangkaian jadul yg saya dapatkan di buku elektronika tahun 80-an . Mahal? Jangan khawatir, cukup hanya beberapa komponen bekas dan baterai 9 volt. Begini nih rangkaiannya :




Solderan saya tidak begitu rapi dan saya lakukan diatas pcb lubang, kalau mau rapi bisa juga menempatkan komponen yg jumlahnya sedikit ini ke box atau bahkan kedalam jack xlr / canon (kalau ketemu komponen bekas SMD).



hasilnya bagaimana? Dapat didengarkan pada video berikut :




Mudah bukan ? Kini rekaman podcast anda di Smartphone maupun PC dapat lebih jelas terdengar tanpa harus menaikkan gain pada pengaturan sound.


Selamat Mencoba

Share:

Kamis, 07 April 2022

Menata Audio Sistem Pura Menjadi Lebih Baik Dan Berkualitas [Part 3]

 



Lokasi pura umumnya pada ruang terbuka atau outdoor sehingga memiliki ke-khas-an sendiri dalam mengatur audio sistemnya. Untuk lokasi di pulau Bali mungkin cukup menghandalkan speaker corong / TOA untuk menghantarkan kidung, musik gamelan atau pengumuman ke masyarakat sekitar seperti yang sudah saya bahas di bagian ke- 2. Namun pada lokasi yang masyarakatnya majemuk dan memiliki " lawan " berupa speaker corong pada mushola atau masjid, maka cara yang elok dilakukan adalah melakukan pengaturan yg lebih ke arah kenyamanan bagi umat hindu yang akan bersembahayang di dalam lingkungan pura. Dan kali ini saya akan berbagi pengalaman memilih jenis dan mengatur penempatan mikrofon yang tepat untuk memberikan kenyamanan semua pihak dan sudah saya terapkan pada perbaikan audio sistem di Pura Agung Jagat Karana Surabaya.



- Mikrofon untuk pedanda / pemangku


Ada beberapa pilihan mikrofon yang dapat digunakan oleh pengurus audio pura untuk mendapatkan suara yg jernih dan tanpa feedback. Cara yang paling umum adalah menggunakan mikrofon biasa maupun mic kancing (clip on). Untuk mikrofon kabel biasa yang umum didapatkan di toko elektronika bertipe Dynamic - Cardioid yang memiliki pola tangkap suara seperti gambar berikut:



Dari teori dan praktek dilapangan maka mic ini memiliki tangkapan suara yang cukup pendek namun lebih tahan terhadap feedback / storing dari perangkat audio. Karena kegiatan pedanda yang cukup dinamis semisal melakukan gerakan tangan, membunyikan genta dan memercikkan air suci maka pilihan mic standar ini akan kurang tepat karena jangkauannya terbatas.



Salah seorang kawan aisi555 yang menjadi takmir masjid berbagi pengalaman tentang penggunaan mic clip on atau mic bando seperti pada gambar. Beberapa imam sholat yang masih muda mungkin tidak masalah menggunakan tipe ini namun masalah akan terjadi saat imam yg sudah sepuh akan mengalami kerepotan. Ketika saya korelasikan pada kasus yg saya hadapi dan dikonsultasikan ke pengguna yaitu pedande di pura perak surabaya, para sulinggih umumnya sudah sepuh dan pemakaian asesoris audio yang kurang dianggap " sukla " atau suci akan menghasilkan masalah tersendiri. Solusinya adalah menggunakan mikrofon tele / shotgun yang pola pickup suaranya lebih jauh dan fokus ke suara yg keluar dari bibir.



 

Dari teori yg saya dapatkan dan praktek langsung saat Ida Pandita memimpin sembahyang, mic condenser tele yang saya pilih (dari hasil menonton review di youtube) sangat berhasil menangkap suara dari kejauhan tanpa mengalami feedback. Mikrofon shotgun / tele yang saya pilih bermerek Krezt K 818.





Dengan bantuan pengaturan gain pada mixer sebesar 75%, bass off, middle 90% dan treble di jam 12 maka dari praktek saat upacara purnama dan tilem suara vokal dari pedanda dapat ditangkap oleh pickup mic condensernya debgan jarak cukup jauh lebih dari 1 meter. Keunggulan lainnya adalah pola suara fokus kedepan sehingga walau gain maksimum tidak didapati feedback yg berarti pada perangkat audio.





- Mikrofon untuk sekaa kidung dan gamelan





Ketika acara persembahyangan yg cukup penting semisal odalan, ngenteg linggih atau hari raya galungan, maka umumnya terdapat sekaa atau grup penyanyi kidung yang akan mengiringi upacara, dan umumnya anggotanya berjumlah banyak. Begitu juga dengan gamelan gong akan membutuhkan titik pengambilan suara yg banyak saat bermain musik tradisional. Namun semakin banyak titik microphone maka akan menghabiskan resource input mixer yg banyak, dan kebetulan mixer yg saya pakai hanya 8 buah input saja. Solusi yang saya ambil adalah menggunakan mikrofon kondenser yg memimiliki pickup patern ambience atau dengan kata lain lebih sensitif mengambil suara sekitar.




Pilihan jatuh ke mikrofon podcast sejuta umat TaffStudio BM 800 sebagai percobaan awal saya apakah mic yg khusus untuk studio recording ini mampu menghasilkan suara sesuai keinginan saya. Karena ketika saya coba untuk melakukan rekaman (tanpa speaker out) maka hasilnya sangat luar biasa bagus, persis seperti apa yg kita dengar dengan telinga saat di playback ulang. Namun berdasarkan review beberapa orang di youtube maupun blog, mic ini terlalu sensitif untuk penggunaan audio live yg keluar dari speaker. Dan benar saja ketika saya trial, gain dari mic ini sangat tinggi sehingga feedback tidak dapat dihindari.




Dari beberapa modifikasi yang saya temukan di forum maupun youtube, saya berhasil melakukan modifikasi microphone Taffstudio BM800 agar menurunkan gain sehingga saya lebih leluasa mengatur gain pada mixer. Untuk penyesuaian ditempat lain maka penggantian zener yg aslinya (bernilai 9 volt ) mungkin tidak perlu dilakukan. Gambar diatas yg saya lakukan adalah mengganti dengan zener bernilai 5.1 volt. Ada juga beberapa forum modifikasi yg sampai menggunakan zener 11 volt dan resistor 1 k ohm. Jadi dapat dicoba sesuai dengan karakter suara speaker dilokasi. Mungkin dilokasi pura pembaca, tempat sekaa kidung menyanyi terlindungi dari suara speaker, maka modifikasi diatas pun bisa diabaikan.


Mic taffware BM 800 atau sejenis (umumnya dinamakan mic podcast) membutuhkan fasilitas panthom power 48 volt sehingga mengharuskan penggunaan mixer yg support panthom power. Dan yang menjadi perhatian khusus adalah pickup patern suara yang cenderung dari samping body mic sehingga diupayakan suara penyanyi datang dari arah logo / tulisan taffware BM 800. 



- Microphone wireless

Untuk beberapa alasan teknis maupun kemudahan pengoperasian, maka dibutuhkan microphone wireless yang disesuaikan dengan anggaran serta kondisi di lapangan, seperti pada contoh denah berikut pada Pura Agung Jagat Karana Surabaya :



Kesulitan terjadi karena lokasi dari mixer ke mic pemangku terhalang oleh bangunan bale pawedan tempat ratu peranda duduk yg cukup tinggi, sehingga dengan jarak 50m akan sangat rentan terhadap gangguan pengiriman sinyal mic wireless UHF. Untuk kondisi sepi pengunjung mungkin tidak bermasalah karena sinyal ( yg didapatkan akibat pantulan ) masih dapat dianggap bagus, namun ini akan berbeda saat banyak pemedek sehingga sinyal sangat dipengaruhi oleh orang yg lalu lalang di depan mikrofon pemangku. Solusinya adalah menempatkan penerima microphone wireless lebih tinggi dibawah balai bambu tempat pandita duduk dan tidak menghalangi sinyal menuju ke mic pemangku dan lokasi diseputarnya. Gunakan sambungan jack DC dan kabel yg panjang untuk menghubungkan adaptor (syukur di lokasi ada kabel olor) dan juga kabel XLR / Mic menuju mixer. 

Cara lain juga bisa dilakukan yakni jika tipe antena pada penerima wirelesnya bisa dilepas maka dengan sambungan kabel antena yg tepat  posisi antena dapat diletakkan pada posisi yang LOS ( Line Of Sight ) tidak terhalang antara antena dengan mikrofon.


Pemilihan jenis wireless dapat disesuaikan dengan anggaran dan keperluan, semisal apabila sering ada kegiatan tari topeng sidakarya atau ngesolahang (menarikan) rangda, maka microphone wireless clip on dibutuhkan untuk menampilkan suara penari ke speaker. 

Solusi yang lain bisa juga menggunakan teknologi wireless terbaru yang cukup simple, dengan menggunakan microphone biasa disambungkan ke Transmitter dan Receiver wireless menuju mixer.



Dengan memanfaatkan alat diatas maka link audio berupa microphone maupun link dari mixer / splitter menuju speaker aktif dapat juga dilakukan secara wireless. Pada pemakaian di pura perak surabaya ini, saya memanfaatkan alat bermerek Asley Mvoice ini untuk mengirimkan sinyal dari mixer / splitter menuju ke perangkat audio Speaker aktif di area Madya mandala. Saya pilih ini karena praktis dan ketika ada acara di madya mandala yang membutuhkan 2 speaker aktif tersebut maka saya tinggal memindahkan Transmitter menuju perangkat audio atau mic yg membutuhkan.


Tentunya kesemua yang saya lakukan merupakan kegiatan yang cukup melelahkan (apalagi jika dilakukan sendiri), namun aisi555 sudah mencintai dunia audio sejak smp di tahun 90an. Sebagaimana kita tahu kalau sudah menjadi hobby maka capeknya tidak akan terasa. Selanjutnya yang terpenting juga adalah pelatihan operator pura agar peka dalam mengatur level audio antara banyak sumber suara, baik dari MC, penyanyi, pemangku, pandita, musik dan sebagainya. Semua akan sukses kalau dilatih secara berkala.


Terakhir yang juga sangat menuntut perhatian lebih adalah pemeliharaan perangkat, jangan ditinggalkan begitu saja setelah capek melaksanakan kegiatan, harus ada yg berkorban ngayah lebih giat untuk mengumpulkan kembali setiap perangkat, memasukkannya ke kotak, meggulung kabel dan menyimpannya di tempat yg layak jauh dari jangkauan tikus, semut dan cuaca.

Semoga rekan-rekan pengurus audio di pura dan tempat ibadah seluruh agama di Nusantara dapat terbantu dengan ulasan saya ini. 


Om Shanti Shanti Shanti Om


Sumber foto : FB Ida Pandita Istri Sekar Arum, FB Banjar Surabaya, mynewmicrophone.com

Share:

Rabu, 06 April 2022

Menata Audio Sistem Pura Menjadi Lebih Baik Dan Berkualitas [Part 2]

 



Kebanyakan pura dan tempat suci yang berada di pulau Bali menggunakan speaker corong atau secara umum disebut TOA, sebagai pengantar suara kidung maupun pengumuman dari pura kepada masyarakat sekitar pura. Ini tidak jauh berbeda dengan TOA masjid yang kadang juga digunakan untuk memberikan pengumuman kepada masyarakat sekitar disamping fungsi utama sebagai pemanggil waktu sholat. Jadi penggunaan Speaker corong TOA lebih ditujukan untuk jangkauan namun menghilangkan faktor kenyamanan.

Pada dunia audio, tingkat kekuatan suara diukur melalui besar kecilnya nilai dB alias decibel. Ini merupakan standar pengukuran yang mengukur seberapa kuat gelombang suara memberikan tekanan di telinga manusia. Speaker corong merek Toa memiliki nilai tingkat tekanan suara sebesar 110 dB. Sementara itu, speaker musik memiliki nilai tingkat tekanan suara sebesar 100 dB. 

Alexander Sengpiel, ahli audio asal Jerman, membeberkan percakapan antara manusia berada di tingkat tekanan suara sebesar 60 dB. Sedangkan tekanan suara sebesar 110 dB setara dengan suara speaker corong, ini setara dengan suara gergaji mesin yang terdengar pada jarak satu meter. Sedangkan lebar frekuensi yg dikeluarkan oleh speaker corong adalah 1000 hz - 6000 hz, sehingga speaker corong akan memotong suara bernada bass dan treble. Inilah kenapa suara speaker corong TOA menekankan pada vokal manusia saja dan cenderung memekakkan telinga pendengar yg berada di lokasi yang relatif dekat.






Berdasarkan survey yg dilakukan Aisi555 pada sistem audio di Pura Agung Jagat Karana Surabaya, sudah sangat tepat apa yang dilakukan oleh perancang audio sistem sebelumnya yg menempatkan 6 buah speaker aktif, dengan 4 posisi didalam utama mandala yang menyasar pemedek yg sedang sembahyang dan 2 buah di madya mandala yang akan meng-cover pemedek di ruang tunggu dan parkiran. Seperti yang sudah dibahas pada tulisan sebelumnya ( klik disini ) peralatan speaker yg digunakan adalah speaker aktif yang meiliki jangkauan frekuensi lebar 20 hz - 20000 hz. Jadi suara gong gamelan lelambatan dapat dinikmati dengan jelas dan begitu juga suara kidung akan terdengar merdu. Amplifier juga dapat dipasang pada level suara yang tidak terlalu tinggi karena jumlah 6 speaker aktif mampu mendapatkan coverage pendengar yg cukup.

Lalu apa saja yang aisi555 lakukan saat melakukan perbaikan audio sistem pada Pura Agung Jagat Karana Surabaya ? Berikut saya urutkan berdasarkan urutan langkah dari yg paling sederhana dan saya susun agar dapat ditiru oleh pengurus pura di daerah lain.



- Cek konektor dan perkabelan





Langkah yang paling mudah ketika terjadi gangguan suara berupa suara mendengung ataupun suara kemresek / mencuit adalah dengan melakukan pengecekan konektor balance / XLR / Canon yang umumnya ada pada sambungan antar perangkat audio. Untuk perbaikan yang saya lakukan terdapat noise suara kemresek yg sangat menggangu diakibatkan oleh terjadinya korosif pada terminal jack XLR ( pada kabel yg berumur dan konektor di perangkat audio, akibat faktor cuaca ) sehingga perlu menggunakan contact cleaner atau de-Oxit. Mungkin untuk menghemat anggaran dapat membeli contact cleaner warna merah seperti pada gambar.



Beberapa merek dengan harga yg tidak berbeda juga hadir seperti Rexco atau WD-40 namun berdasarkan pengalaman merek diatas lebih ampuh melunturkan kotoran apalagi dibantu dengan cotton bud / kapas kecil untuk menggosok permukaan terminal sambungan audio.

Untuk perkabelan yang bagus, dapat menggunakan kabel Mic stereo / Balance / XLR yg umum dijual dan jenis apapun, dan yang saya pilih dalam pekerjaan kali ini bermerek Makita ( 1 rol sekitar 90m). Sebagai kabel audio sejuta umat yg cukup ekonomis dan berkualitas ini tidak membebani anggaran untuk pengurus pura. Saya tidak memilih kabel rol bermerek canare karena selain KW (aslinya muahal banget), juga 1 roll nya kurang panjang (70 m) untuk proyek kali ini. 

Diupayakan semua perkabelan tanpa sambungan ditengah-tengah kabel untuk menghindari gangguan akibat kemasukan air atau impedansi yg kacau akibat sambungan. Saya ganti semua perkabelan dari mixer - splitter - dan ke speaker aktif,  karena mengingat umur kabel audio lama yg dipasang outdoor ini sudah tua dan berdasarkan saran teman takmir masjid yg menyarankan perlu diganti tiap 2-4 tahun.

Sedangkan konektor XLR saya gunakan merek audiocraft yg lumayan kokoh dan gampang menyoldernya. Jika ditempat kalian jack dan kabelnya masih dirasa bagus, sebaiknya dilakukan penyolderan ulang untuk menguatkan kembali ikatan timah antar logam terminal dengan kabel. Pastikan koneksi kabel sesuai standar (gambar sambungan xlr diatas), dan yang saya lakukan lebih spesial adalah menyambungkan pin 1 (ground/shield) ke pin ke 4 / body pada jack canon / xlr.


 
- Pasangkan grounding / arde / pentanahan pada perangkat audio




Ingat cerita saya kesetrum mic pada tulisan sebelumnya ? Ini terjadi karena perangkat audio jaman now kebanyakan menggunakan power supply switching yang kadang menyebabkan arus bocor / induksi tegangan AC ke body perangkat audio. 

Secara teori kenapa saya kesetrum dikarenakan ketiadaan grounding / pentanahan pada sistem audio, sehingga ada aliran listrik dari mixer yg listriknya bocor, terhubung kabel mic ke body / besi mic yang saya pegang, lalu melewati tubuh kemudian menuju arah tanah ( karena di area utama mandala pura alas kaki harus dilepas, otomatis tubuh menyentuh tanah). Hilangnya  grounding ini juga terkadang menyebabkan efek suara mendengung pada perangkat speaker aktif. 

Solusi terbaik dan mungkin satu-satunya adalah melihat kelistrikan PLN pada lokasi pura, apakah sudah memiliki grounding yang baik atau belum. Caranya paling mudah adalah dengan memeriksa apakah kabel dari jalur listrik utama memiliki sambungan kabel ke 3 pada stop kontak. Jika tidak yakin ya kita pasang sendiri saja sistem pentanahan / arde yang baru.



Lalu bagaimana jika saya memiliki colokan / steker cuman 2 terminal saja, dan masih terasa sengkring-sengkring saat menggenggam mikrofon ? Untuk itu perlu dipasangkan stik arde dan terhubung dengan tanah seperti pada gambar diatas. Stik ground rod / arde dapat dipasang 1 terpusat atau seperti pada perbaikan saya di pura perak surabaya adalah dengan membagi stik rod menjadi potongan kecil 40 cm dan ditanam pada tanah di setiap simpul perangkat audio, yaitu pada mixer dan masing-masing speaker aktif. Lalu nyambungnya kemana ? Ini bisa disambung ke terminal ground pada stop kontak listrik perangkat audio atau kabel yg nyambung dari tanah di hubungkan / tempelkan ke sekrup pada body perangkat audio. 

Dengan penambahkan grounding dan jangan lupa membasahi lokasi grounding sebelum menggunakan perangkat audio dijamin menghindari resiko tersengat listrik bagi yg memiliki sensitifitas terhadap listrik rendah sekalipun. Umumnya dialami oleh ibu-ibu sekaa kidung yang tangannya cenderung basah sehingga kontak ke body besi mikrofon lebih langsung terasa. Ini tidak akan terjadi jika menggunakan mic wireless ya ... ( operatornya yg kesetrum mungkin, makanya usahakan gunakan sandal ya saat ngayah ..)



- Gunakan perangkat Mixer, Microphone dan Amplifier yang masih waras 




Ketika kabel sudah dirasa benar dan sambungannya sudah bersih serta yakin solderan tanpa  timah yang meluber, maka jika tetap terjadi kondisi gangguan yg tiba-tiba saat operasional, kemungkinan besar ini terjadi akibat kerusakan pada perangkat audionya. Penerima mic wireless mungkin saja frekuensinya sudah bergeser  sehingga kresek-kresek dan putus putus atau paling gampang baterai nya perlu diganti yang baru dan diusahakan gunakan baterai alkaline. Jadi selalu konsultasikan dengan tukang servis audio yang terdekat jika terjadi gangguan ditengah penggunaan padahal di awal baik - baik saja.

Karena project perbaikan di Pura Agung Jagat Karana Surabaya ini mendesak dan mixernya yg lama sudah mencapai berakhirnya masa pakai, maka diputuskan untuk membeli mixer sederhana dengan fasilitas cukup bagus. Kini umum ditemukan mixer merek ashley, soundqueen, hardwell yang kalau dibilang KW namun memiliki kualitas dan fasilitas yang dapat dihandalkan. Pengoperasiannya cukup dengan beberapa tombol saja dan sudah dilengkapi pemutar MP3-Bluetooth dan soundcard yg mendukung koneksi ke PC / Laptop jika ingin melakukan siaran langsung ke youtube misalnya.

Suara yang dihasilkan pun sangat dapat dinikmati kerenyahan echo-reverb dengan effect yang sudah digital DSP. Ini menjadi solusi yang tepat jika dana yg dianggarkan tidak begitu besar namun dapat memuaskan pengurus di pura.






Lalu bagaimana untuk melakukan seting terhadap microphone dan mengatur penempatannya sehingga tidak mengganggu kegiatan ratu peranda serta pemangku ? Akan dibahas pada bagian selanjutnya ( disini ).


*) Sumber gambar dan video : FB Banjar Pakraman Madya Surabaya
Share:

Menata Audio Sistem Pura Menjadi Lebih Baik Dan Berkualitas [Part 1]

 



Alunan genta dari Ratu Pandita mengiringi ke khusyukan dan ketenangan hati saat menghaturkan panca sembah, begitu pula saat nunas tirta diiringi lantunan kidung warga sari - turun tirta yang mengalun halus melalui audio speaker yang membuat betah para pemedek yang hadir saat persembahyangan purnama/tilem maupun hari raya Hindu lainnya. Ini merupakan dambaan bagi panitia penyungsung pura dimanapun di Nusantara. Namun kadang tak dihindari juga beberapa kali menemui gangguan suara kemresek atau nyanyian kidung yang memekakkan telinga. Terlihat remeh tapi terkadang lumayan mengurangi kesempurnaan dalam melaksanakan ibadah.

Di lingkungan pura yang berada di daerah minoritas dan muslim menjadi mayoritas, acap kali suara audio dari masjid akan menjadi dominan disaat melakukan persembahyangan terutama saat petang yg bersamaan dengan sholat magrib. Pemerintah melalui kementrian agama telah mengeluarkan aturan speaker masjid dan ini menggugah Aisi555 untuk ikut mengatur audio sistem pada pura dimana aisi555 mulai melakukan 'ngayah' yaitu di Pura Agung Jagat Karana Surabaya. 






Posisi pura terbesar di kota Surabaya ini diapit lingkungan muslim yang memiliki beberapa mushola dan Masjid sehingga suara audio sistem di dalam pura terasa 'tenggelam' saat melakukan persembahyangan pada petang hingga malam hari. Padahal sound system yg berada didalam utama mandala merupakan audio sistem kelas atas dengan mixer dan speaker aktif  yang merupakan sumbangan dari rekan Telkom Surabaya beberapa tahun yg silam. Namun dengan lokasi yang 80% outdoor maka dibutuhkan perawatan yang cukup rutin agar suara yg dihasilkan tetap terjaga kualitasnya. Disinilah Aisi555 berperan dalam melakukan perbaikan dan perawatan audio sistem untuk mendukung kegiatan rutin di pura.

Aisi555 kemudian melakukan survey ke lokasi pura dan juga berkonsultasi dengan kawan-kawan yg memiliki pengalaman mengatur audio pada masjid dan gereja. Ini perlu dilakukan pada orang yg tepat karena kalau dipikir - pikir, takmir masjid yg paling rajin  menghidupkan minimal 5 kali audio sistemnya dan tentu saja butuh pemeliharaan yang berkala. Ilmu yang saya dapatkan dari salah satu mantan anak didik (yg kebetulan sering mengerjakan audio masjid) adalah mengenai pemilihan microphone yg tepat sesuai kebutuhan serta pemilihan perkabelan yang tidak memberatkan secara ekonomi, ini karena banyaknya tipe kabel audio yg beredar dengan range dari ribuan rupiah per meter sampai ratusan ribu. Salah satu channel youtube oleh Mas Ari juga membantu saya belajar mengatur sound system yang tepat.






Denah diatas merupakan orat-oret saya yg menggambarkan posisi peralatan audio. Peralatan yg sudah tersedia pada instalasi sebelumnya meliputi :


1. Mixer Yamaha 166CX




Mixer legendaris ini merupakan standar untuk audio sistem pada acara panggung di manapun, baik di kondangan maupun acara pemerintahan. Kualitas untuk produk yamaha ( asli ) memang tidak dapat dipungkiri kerenyahan suaranya. Namun sayangnya saya mendapatkan mixer ini sudah pernah direparasi dan beberapa controlnya mengalami kerusakan. Ada juga kekurangan atau kendala untuk operator audio di pura dimana controlnya terlalu ribet untuk di pahami orang awam. Jadi aisi555 menyarankan kepada pengurus pura untuk menggantinya dengan mixer sederhana kelas menengah yg umum dipasaran


2.  Audio Splitter 



Alat bermerek Behringer UltraLink Pro ini bertugas sebagai splitter dari output mixer ke banyak perangkat audio lainnya seperti speaker aktif atau power amplifier TOA. Sebenarnya untuk penggunaan speaker aktif di 6 titik pada pura ini bisa  tanpa splitter, namun untuk menjaga kemungkinan penambahan audio system atau tambahan speaker baru dikemudian hari maka alat ini mungkin dianggap perlu oleh pendesain awal. Terdapat 6 output yang dapat disambungkan ke perangkat audio selanjutnya.


3. Speaker Aktif



Speaker aktif Huper 15 inch ini merupakan standar tertinggi untuk audio sistem kondangan maupun rapat. Terbukti dijemur dan kehujanan bertahun-tahun di pura perak surabaya ( hanya ditutup dengan penutup seperti tutup mobil ) kualitasnya saya dapatkan masih cukup bagus. Kendala suara kemresek dan kadang mencuit ditemukan saat survey dan ini ciri khas adanya masalah pada sambungan perkabelannya.


 4. Microphone kabel dan wireless

Terdapat beberapa microphone ( yg berharga cukup  mahal ) namun sayang kondisinya mengenaskan karena terpapar cuaca lembab, sehingga memiliki tampilan yg buruk. Ketika dicoba suaranya masih bagus dan menggelegar, namun sempat bikin saya terkejut karena mendapatkan sengatan listrik yg cukup membuat saya secara reflek melempar mic ini. Ini menandakan kurangnya grounding pada kelistrikan di lokasi pura. Mic wirelessnya tidak bernasib lebih baik dan hanya bisa terselamatkan beberapa buah saja.


5. Automatic Voltage Regulator / Stavolt



Untuk kota besar sekelas Surabaya sebenarnya kelistikan PLN sudah cukup stabil. Namun karena sumbangan terdahulu menyertakan stavolt yg bagus (menggunakan servo motor) maka ya tetap dimanfaatkan agar tidak mubazir. 


Bagaimana kemudian proses perbaikan yang Aisi555 lakukan dan bagaimana hasil kualitas audio system yang dicapai ? Nantikan pada tulisan selanjutnya ( disini ).


*) Sumber gambar : FB Pandita Istri Sekar Arum, google earth dan beberapa sumber lainnya

Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (12) antares (8) arduino (26) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (59) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (7) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (1) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (7) radio (28) raspberry pi (4) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (93) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika