Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Tampilkan postingan dengan label tulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tulisan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 November 2018

[crypto] Berjodohkah saya dengan dunia Crypto Economics ?


Dunia digital merupakan dunia saya. Ya tentu saja sejalan dengan tema blog ini yg selalu membahas tentang dasar teori sampai solder menyolder elektronika digital. Sangat meng-asyikkan memang kalau melakukan sesuatu yg merupakan hoby sejak kecil, memang sih capek melakoninya namun tidak akan terasa walau  berjam-jam di depan komputer coding microcontroler, menyusun IC CMOS untuk lampu led berjalan bahkan sampai kegiatan treking sinyal satelit atau TV digital. Jika lagi mood menulis pasti saya bagi ilmu yg saya dapat dari hasil eksperimen saya pada blog ini. Kepuasan yg saya dapat melebihi apapun, terang saja jika pembaca hoby nya mancing, maka laut dibelahan bumi manapun mungkin akan di-casting demi sensasi tarikan ikan yg MANTAP.

Dunia digital setelah era saya beranjak dewasa ditandai dengan beberapa perkembangan yg sangat cepat dan harus di ikuti agar tidak tergilas jaman. Sebagai orang yg selalu ingin update dunia digital terbaru maka kira-kira secara flashback sejak saya lulus kuliah, dunia digital di kepala saya memiliki cerita seperti ini:

AVR => ARDUINO => IOT => CRYPTO 

Mungkin bagi setiap orang berbeda jalan ceritanya tapi secara garis besar itulah yg terlintas, jika anda mengikuti blog ini mungkin pembahasan sampai IOT sudah sering saya bahas, lalu bagaimana dengan crypto? Belum pernah saya tulis memang walau sebenarnya saya memiliki hubungan putus nyambung dengan dunia crypto. Begini kisah saya.


Gambar diatas adalah power supply switching yg umum dipakai diperangkat elektronika dan perangkat inilah yg membawa saya mengenal dunia krypto pada sekitar tahun 2011.Saat itu saya sedang semangatnya menyusun blog ini dan beberapa project solderan yg saya dapat sering kali saya tulis untuk pembaca (sebenarnya tujuannya menghemat memori otak). Saat itu seorang pembaca menawari saya untuk repair power supply dari alat yg asing bagi saya yaitu "miner bitcoin". Pikiran saya... "apapula itu ?"  saya gak ambil pusing fokus membelikan bapak itu power supply baru sesuai spesifikasi. Dan alangkah terkejutnya saya ketika saya bawakan power supply dirumahnya terdapat susunan komputer dengan VGA berejer serta  beberapa miner FPGA yg saat itu (2011) masih cukup digunakan mining bitcoin. Tak peduli apa itu bitcoin, mining , rig, hash yg penting power supply switchingnya dapat berfungsi dengan baik.



Ditahun 2011 itu saya menyibukkan diri di pekerjaan kantor dan beberapa project elektronika yg saya kerjakan sendiri. Jadi gak terbesit pikiran sama sekali tentang kripto sampai suatu hari bapak yg repair switching minernya menelpon saya dan mengajak berdiskusi tentang miner FPGA dan kebetulan saja ilmu FPGA masih ada tapi sudah tidak up-to-date sejak lulus kuliah 2003. Saya seperti kebingungan memasukkan logika mata uang kripto saat itu kedalam perangkat elektronik dan saya hanya menerima saja apa yg di jelaskan oleh bapak miner tadi. Dan tentu saja karena tidak nyambung dengan dunia microcontroller maka dengan sukses hal ini berlalu melintas saja dari kuping kiri ke kanan.

Kenapa tidak bisa mining dengan microcontroller ? Kenapa harus memakai FPGA ? Kenapa kemudian FPGA ditinggalkan dan beralih ke GPU atau VGA card mining ? Apa itu ASIC mining? Susah untuk dicerna bagi orang awam tapi saya berusaha menjelaskan secara bahasa orang awam.

Butuh usaha keras untuk meng-analogikan dengan kejadian di dunia sehari-hari, tapi gampangnya gini saja kita pakai analogi berbelanja model FJB kaskus jaman dulu dengan menggunakan REKBER alias orang ke 3 yg menyediakan rekening bersama yg nantinya pembeli mentransfer ke rekening bersama dan penjual akan dibayar atau ditransfer hasil jualannya setelah pembeli melapor barang diterima dengan baik. Si pemilik rekber ini akan menarik FEE tertentu untuk transaksi tersebut. Seperti itu mungkin analogi yg termudah,  jelasnya seperti gambar diatas atau penjelasan seperti ini:

  1. Orang (A) mempunyai dana crypto dalam "wallet" , paling umum BTC (bitcoin) atau ETH (ethereum) 
  2. Orang (B) sama-sama memiliki wallet dan menjual barang dagangan ke (A)
  3. Orang (A) mengirim sejumlah uang crypto semisal 1 BTC ke Orang (B)
  4. Network dari BTC akan mendeteksi transaksi ini dan membroadcast ke orang(C s/d Z) .."hei ada transaksi nih..tolong di verifikasi dan catatkan di jurnal transaksi"
  5. Orang (C s/d Z) inilah yg dinamakan MINER dan berlomba cepat2an melakukan verifikasi transaksi antara orang (A) dan orang (B) , dengan imbalan FEE tertentu. 
  6. Saking banyaknya orang yg mau verifikasi, maka oleh system diberikan pertanyaan matematika dengan tingkat kesulitan sesuai level yg ditentukan regulator (dinamakan HASH algoritma). Makin sulit pertanyaan yg harus dipecahkan makin malas orang mining atau memverifikasi, tapi jika FEE nya besar maka para miner semangat tentunya.
  7. Untuk melakukan cepat-cepatan menjawab soal inilah diperlukan tingkat komputasi PARALEL PROCESSING mutlak diperlukan dan ini tidak bisa dilakukan oleh processor biasa maupun microcontroller yg melakukan eksekusi coding sequencial/berurutan. Bahkan sekarang mining dilakukan oleh perangkat chip custom / ASIC yg dibuat khusus untuk mining kripto.
  8. Siapa cepat dia dapat FEE alias uang mining , dan transaksi antara orang (A) dan orang (B) ter-verifikasi.



Mumet mas broo? siapapun akan mumet kalau hanya membaca saja, harus dipraktekkan langsung nyata seperti yg saya sering lakukan. Tanpa praktek ujungnya bingung lhoo. Tahun 2011 masih bisa kita melakukan mining kecil-kecilan menggunakan komputer dan secara manual memecahkan pertanyaan hash nya. Seingat saya satu kantor saat itu demam crypto sampe akhirnya bosen karena tak pernah dapat uang miningnya, mungkin inilah yg menyebabkan pemahaman saya tentang crypto agak sedikit lebih mudah meng-analogikan nya ke kehidupan sehari-hari...maklum lah udah duluan tau... 


Tahun berlalu dan saya hanya sebagai "silent reader" saja, pengamat bukan , miner juga bukan hanya bisa menjawab kalau ada teman atau saudara yg sedang posting mengenai bitcoin di timeline FB atau grup WA , maklum saya mengerti dasarnya saja. Dan ....Penyesalan terjadi saat 2016 - 2017 kegilaan cryptocurency muncul, makin banyak aja teman yg bertanya dan menganggap saya adalah "miner" yg ketiban rejeki nomplok. Tapi ketika ada pertanyaan  mengenai crypto ke saya, disitulah saya merasa sangat sedih . Kenapa tahun 2011 saat 1 BTC hanya berharga dibawah 10 ribu rupiah dan saya hanya melewatkannya tanpa membelinya ? "Ahhh bukan rejekimu..." kata teman saya ...iya bukan rejeki saya tapi rejeki bapak yg 2011 itu saya benerkan power supply miner nya. Ya sudah lupakan saja.




Saat dimana saya merasa kurang berjodoh dengan dunia kripto ini entah kenapa diakhir 2017 seperti dipaksa untuk membaca blog dan video youtube mengenai penggunaan crypto di diluar dunia jual beli. Ternyata apapun bisa di-cryptokan seperti tanpa ada batasannya,  sampai membeli kucing dan anjing pun bisa di crypto kan. Ya memang bisa saja "analogi" jasa verifikasi bisa digunakan, misal anda membeli anjing di petshop lewat online, maka sang verifikator /miner  akan mengecek apakah anjing lucu digambar sesuai dengan yg di pet shop. Seperti itulah yg saya bisa analogikan, tapi yg mencuri perhatian saya adalah saat ICO ( intial coin offering) atau  penawaran coin dari suatu platform trading berbasis crypto algoritm yg lebih masuk akal untuk di lakukan peng-kripto-an. Membaca white paper, time line dari projectnya dan orang-orang pintar dibelakangnya membuat saya lebih sreg, karena tidak terburu-buru menjanjikan keuntungan muluk-muluk.


Agar tidak terlalu panjang akan saya bahas platform crypto "trade io" yg selama setahun ini saya pantau terus perkembangannya,  di postingan selanjutnya. Sampai ketemu disana ya....



Share:

Senin, 26 November 2018

Pertarungan abadi antara Kabel & Nirkabel


Sebuah satir yang cenderung sarkastik tapi tetap menggelikan tersebar luas dimedia sosial beberapa saat yg lalu. Langsung terbayang bagaimana pengalaman penulis yg saat itu naik motor menghindari untaian kabel fiber optik yg melintang terlalu rendah didepan komplek perumahan, mungkin karena hujan malam sebelumnya mengakibatkan klem atau pengikat kabelnya terlepas. Akhirnya dengan sukses kabel terputus oleh truk sampah yg melintas dibelakang saya. Seingat saya jaman kabel telpon sudah lewat nihh..maklum ingatan saya kalau kabel-kabel yg menjuntai seperti ini hanya saya temukan di era 90-2000 an dimana layanan telpon menggunakan kabel tembaga ke rumah hampir dipastikan ada di setiap rumah. Dan ketika penulis menjadi buruh di dunia seluler makin banyak kabel yg dibabat telkom karena semakin banyak pelanggan telkom yg beralih ke FWA (fixed wireless access) macam Telkom Flexi atau Fren. Kenapa sekarang muncul lagi ya fenomena hutan kabel ?



Gambar diatas bukan di jepang looo...itu di salah satu jalan di Surabaya yg sedang ketiban rejeki dimana november 2018 menjadi bulan spesial setelah 10 tahun lamanya pohon Sakura KW atau Tabebuya ini di tanam oleh walikota tercinta ibu Risma. Penulis sempat mengamati beberapa kali waktu mekar kembang bunga tabebuya ini selalu di bulan November dan di tahun 2018 menjadi yg paling meriah karena musim kemaraunya yg cukup panjang. Lalu apa hubungannya dengan kabel & Nirkabel ? Liat sendiri deh background kurang mengenakkan dari gambar diatas, ada yg sedikit mengganjal dari untaian kabel yg mungkin tidak ditemukan di versi gambar Bunga Sakura yg asli bukan KW.


Kembali ke topik pertarungan wired vs wireless yg sudah ada semenjak faraday menemukan efek magnetisme dalam aliran listrik, bersambung kemudian dengan telegraph nya morse, telepon nya Alexander graham bell, Rumusnya maxwell, Radionya marconi, Listrik nya tesla, Tv nya farnsworth dan sebagainya. Penyempurnaan dari teknologi sebelumnya akan kembali berulang disempurnakan kembali dengan teknologi rival yg sebelum nya "dikalahkan" . Bersambung ke jaman now yg mungkin lebih mudah dipahami pembaca, wireless sangat memudahkan pengguna nya. Bayangkan penyanyi rock tahun 80an harus diam statis gak bisa jingkrak-jingkrak jauh karena terbatas oleh panjang kabel. Ketika era mic wireless muncul maka AXL rose bisa leluasa berlari kesana kemari dan ini gak akan bisa dilakukan jimi hendrik di era 60an.




Era milenium ditandai dengan berkembangnya dunia seluler yg bukan hanya menawarkan layanan telefoni saja akan tetapi semakin lama menuju ke layanan DATA internet. Sebelumnya orang merasa terbebaskan oleh belenggu kabel telepon, kini bebas bergerak mobile kemana-mana . Saat orang merasa telepon hanya satu dimensi suara saja, kemudian manusia menciptakan komunikasi antar orang dengan dimensi suara + gambar melalui yg namanya voice call dan tentunya dibutuhkan layanan seluler 3G yg memakan bandwith data lebih besar. Pada jaman awal 3G di gelar umumnya jalur transmisi antar menara ke sentral telekomunikasi cukup menggunakan jalur radio microwave. Akan tetapi seperti yang disadari semua orang yg berkecimpung di dunia "radio" maka disadari spektrum frekuensi adalah barang langka yg harus di susun penggunaannya agar tidak saling mengganggu. Nah disinilah solusi yang diberikan oleh penyedia teknologi adalah kembali ke KABEL.




Serat optik menjamin bandwith yg lebih besar secara point to pint sehingga untuk layanan 3G - 4G dan generasi selanjutnya mutlak menggunakannya sebagai jalur transmisi dari tower pemancar ke sentral switching nya. Sepertinya jika kita ambil kesadaran paling dasar,  bahwa teknologi wireless seluler ini tidak semuanya tanpa kabel, ada sisi teknologi yg mengharuskan penggunaan kabel dari ponit to point.

Optik Bandwith tinggi ke rumah-rumah untuk layanan triple play ( Telepon - Internet - IPTV) kini mulai juga dilirik sebagai ladang bisnis bagi operator telekomunikasi di Indonesia. Dengan permintaan yg sangat tinggi inilah menyebabkan muncul beberapa layanan Fiber to Home walau kalau dilihat dari perkembangannya masih tertinggal 5 tahun dari negara lainnya (paling dekat dengan singapura atau malaysia ). Mungkin setelah dilihat pasar negara lain profitable barulah disini berani dijual. Maka bermunculanlah proyek REBOISASI hutan kabel di kota-kota besar di Indonesia.





Kapankah pihak wireless akan membalas? Layak ditunggu dan akan saya nantikan saat itu dan pastinya akan menulisnya dalam episode " WIRELESS STRIKE BACK " 


Share:

Jumat, 06 April 2018

Ninmedia - Dunia Baru Persatelitan Dengan Closed Loop Via Smartphone - Xmedia



Dahulu prinsip cara kerja TV satelit menggunakan prinsip One Way yaitu dari penyedia saluran TV menggunakan metode Uplink untuk mengirim data ke satelit yang mana dari satelit nanti akan dikirim ke TV Relay Center atau langsung ke Receiver menggunakan metode Downlink. Jika menggunakan prinsip One Way penyedia layanan saluran TV satelit tidak akan bisa mengetahui bagaimana Rating acara dari penyedia TV satelit. Untuk mengetahui rating biasanya menggunakan jasa survey dari pihak ketiga, dari pihak ketiga ini akan mensurvey pelanggan penyedia tv satelit dengan memberinya beberapa pertanyaan atau bahkan mendatangi langsung ke rumah. Data dari pihak ketiga ini nantinya akan dikirimkan ke penyedia TV satelit yang mana nantinya akan digunakan untuk melihat rating acara TV tersebut.




Berbeda dengan sekarang, penyedia layanan saluran TV satelit sekarang menggunakan prinsip closed loop memanfatkan system IP cloud. Jika sistem One Way sudah dijelaskan tadi diatas, sekarang saya akan menjelaskan prinsip system cloud. System cloud lebih memudahkan penyedia saluran TV satelit untuk mengetahui Rating pemirsa dari acara yang di tampilkan penyedia layanan TV memanfaatkan jaringan internet dari aplikasi yang terinstall di Smartphone . cara kerja dari system cloud yaitu mengirim data ke cloud yang kemudian dari cloud, data akan diunduh dari penyedia layanan saluran TV satelit. Jika penyedia saluran Ninmedia menggunakan system scan Barcode yang data hasil Scan akan dikirim ke Cloud. Ninmedia menggunakan aplikasi X – MEDIA untuk menScan Barcode yang ada di Receiver. Dengan iming-iming bonus poin yang dapat ditukarkan hadiah dengan jumlah tertentu. Diagram penjelasannya dapat dilihat pada gambar pertama tulisan ini.





Ninmedia adalah Layanan Siaran TV Satelit FTA dengan Frekuensi Ku–Band, yang disiarkan melalui Satelit Chinasat 11 98E sejak tahun 2015 dan Menjangkau seluruh pelosok wilayah Indonesia. Ninmedia (sebelumnya smartvision) berisikan channel – channel tv nasional seperti trans tv, trans 7, antv, indosiar, sctv, dan bebrapa konten lokal dan luar negeri yg disiarkan dari dalam negeri . Total Terdapat 45 ch sampai tulisan ini dibuat.




Setelah menguadara 2 tahun ninmedia mulai melirik receiver rekomendasi yang menggunakan OTA, OTA (Over The Air) maksudnya adalah receiver yg digunakan oleh ninmedia bisa diprogram Over The Air, yaitu ketika kita ingin melakukan update perangkat lunak bisa langsung menggunakan satelit tertentu tanpa internet. Receiver yang memiliki fitur ini umumnya merupakan receiver yang berbasis langganan.  




Aplikasi X – MEDIA adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh Ninmedia yang dioperasikan pada perangkat bergerak ( Smart phone ) berbasis android. Aplikasi ini melekat pada  nomer telepon seluler dan alamat email pengguna didalam proses pendaftaran akun aplikasi. Apabila informasi, data, point dan riwayat dalam aplikasi hilang, maka berarti pengguna sudah kehilangan akses pengguna terhadap nomor telepon dan alamat surel.       

   Aplikasi X – MEDIA berfungsi untuk media berinteraksi Antara Pengguna, Teknisi dan Ninmedia. X – MEDIA juga sarana bagi Pengguna untuk menemukan layanan yang disediakan oleh teknisi.  
Jika anda ingin menggunakan aplikasi X – MEDIA, maka anda harus melakukan Ikutilah langkah – langkah kami dari awal sampai mengoperasikan aplikasi X – MEDIA.
Langkah paling awal anda harus mendownload dan menginstall aplikasi X – MEDIA, anda dapat mendownload X – MEDIA di Playstore dengan mudah. Disini saya sudah mendownload dan menginstall aplikasi X – Media, sehingga tampilan seperti dibawah ini. 




Ketika anda baru pertama kali membuka aplikasi X – Media maka anda akan diminta untuk melakukan registrasi terlebih dahulu. 



Lakukan Registrasi sesuai dengan langkah – langkah yang ada di aplikasi X – Media yang sudah anda install. Aplikasi ini sangat melekat dengan akun Email dan nomor seluler yang anda daftarkan pada saat registrasi. Selanjutnya aplikasi sudah bisa dijalankan. Pastikan receiver "rekomendasi" dalam keadaan menyala.
  



Lalu operasikanlah aplikasi X – Media, klik pada icon Pairing box agar dapat memindai QR Code yang ada pada set top Box receiver.


Kemudian klik tombol tambah pada pojok kanan bawah, untuk melakukan scan barcode receiver.
  



Code QR yang akan di scan, terletak pada  set top box. 



Lakukan scan code QR yang terdapat pada receiver.dalam melakukan scan code, kamera harus tepat ditengah tengah code, supaya mudah untuk pengambilan code QR nya. Setelah code QR terekam oleh kamera maka kita perlu menunggu beberapa waktu untuk memverifikasi kode yang akan muncul pada monitor tv. Setelah code QR berhasil di scan tampilannya akan seperti ini, kemudian akan muncul daftar receiver yg telah didaftarkan.
  




Dengan terdaftarnya code QR dari Receiver, maka dari situlah anda sudah bisa memanfaatkan salah satu fasilitas yg terbaru yaitu menuliskan kata / pesan sesuai dengan apa yang anda inginkan pada layar televisi. Kita dapat menulis berbagai macam kata dengan minimal 30 karakter, dan pesan / kata tersebut akan muncul pada layar TV tentunya terhubung dengan receiver yg sudah "pairing" tadi . Dan kami memiliki contoh hasil dari percobaan kami.

Klik “ Kirim pesan ”



Saya akan menuliskan pesan yang ingin saya tampilkan di layar TV saya, kemudian klik “Ok”



Tunggu beberapa menit, maka tulisan akan muncul pada layar TV. Jika sudah muncul seperti gambar dibaawah ini, maka percobaan berhasil.  




Dalam percobaan ini, saya menggunakan receiver type lgsat lg-101 oracle HD, mengapa saya menggunakan receiver type ini ?  Karena receiver ini merupakan receiver rekomendasi Ninmedia. Pastikan receiver anda memiliki OTA update 101 keatas

Receiver oracle memiliki spesifikasi yang cukup mendukung, yaitu :
1. NINMEDIA Lancar tanpa kendala delay/cekot cekot
2. Port HDMI/RCA
3. LNB Input C band - Ku band
4. BISS
5. Support Media Player


*) Ditulis bersama anak PKL SMKN 2 Kediri - youfan-amel-ken

Share:

Sabtu, 30 Desember 2017

Ketika Mencari Sinyal Menjadi Hobby Jaman Old


Istilah DXing mungkin masih asing di telinga orang Indonesia dan mungkin kata ini hanya dikenal oleh para pencinta elektronika di era ke-emasannya yaitu 70-80-90 an. Saya mengenal istilah ini sekital tahun 2000an ketika saya melihat artefak masa lalu yaitu QSL card yg saya temukan di Lab kampus saya, yg menerangkan bahwa siaran radio yg dipancarkan kampus diterima sampai ke Thailand. Masih saya ingat tanggal tahunnya sekitar 1979 (saya belum lahir), dan meluncurlah ke internet - search engine jaman old sehingga menemukan istilah DXing...dan ternyata memang di tahun sebelum era 80an peraturan radio siaran di Indonesia masih mengijinkan siaran AM memiliki kekuatan ratusan kilowatt sehingga dapat dipancarkan hampir ke seluruh dunia. Era ini berakhir ketika pemerintah mulai membatasi pemancar radio broadcasting hanya dalam radius kabupaten saja.


Yang membuat saya sedikit "de ja vu" adalah kenyataan nya tahun 80an ayah saya mengajari hal yg berbau DXing juga , hobby ayah saya saat hari libur di pagi hari adalah mendengarkan radio AUSTRALIA siaran Indonesia atau BBC sebagai media informasi alternatif kala itu. Mbah Harto dengan kaki tangannya bernama Harmoko di kementrian penerangan kala itu sangat ketat melakukan sensor berita dan hiburan, hanya RRI yg menjadi corong berita satu-satunya. Perangkat radio multiband SW1-SW2 di frekuensi 10m/15m/20m menjadi handalan dan dengan memanfaatkan pantulan atmosfer siaran yg dari belahan bumi yg lain dapat diterima dengan cukup jelas di pagi dan malam hari. Siang hari matahari akan menghangat kemudian mengaburkan sinyal pantulan ionosfer..begitu kata buku sains yg saya baca kala itu. Dan saya pun tertarik dengan fenomena ini sehingga berhasil dimarahin ayah karena membongkar radio kesayangannya dan sukses merusakkannya , walau berhasil juga sebenarnya mendengarkan siaran radio SW pada siang hari dengan bantuan antena luar yg dikaitkan ke kumparan ferit SW nya..sayang kumparan ini begitu tipisnya sampai akhirnya putus jalurnya di tengah-tengah. 


VS



Di jalur per televisian, RCTI di jakarta (89) dan SCTV di surabaya (90) menjadi pelopor era televisi swasta mendobrak hegemoni TVRI saat itu. Karena tinggal di ujung utara pulau bali maka satu-satunya hiburan televisi adalah TVRI yg saat itu siaran olahraga nya didanai lotre "SDSB". Bagi yg berkantong tebal memasang parabola di rumah gedong menjadi status sosial tersendiri dan ketika antena yg besar itu bisa bergerak kanan kiri maka saya hanya bisa mendongak dan benar-benar bilang "wowww". Pernah suatu hari ketika siaran tinju fenomenal kala itu yaitu mike tyson, ternyata TVRI berbohong kalau siarannya live, hanya di "playback" karena  kepagian siarannya. Akhirnya sang pemilik parabola (yg sudah menonton di tv luar negeri) menang taruhan sangat banyak karena telah mengetahui hasil mike tyson meng-KO lawannya di ronde berapa.



Kisah DXing berlanjut jaman SCTV muncul di surabaya dan sinyal melebar sampai kota-kota di daerah pantura jawa timur sampai banyuwangi. Ternyata dengan memanfaatkan pemantulan sinyal di laut, sinyal SCTV dengan ajaibnya sampai di kota saya di bali utara. Alhasil muncullah fenomena antena "SCTV" yg dipasang menjulang 30m dengan 2 besi sambung dan kawat pancang yg sangat mengganggu pemandangan. Itu demi siaran SCTV yg kadang sangat burek waktu air laut surut. Ya inilah kekurangan gelombang hasil pantulan laut tergantung dengan kondisi laut dan cuaca.



Bagaimana dengan saya ? Wah waktu itu ekonomi keluarga di utamakan untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya ayah, jadi cukup dengan TVRI saja. Ya menyedihkan memang tapi tidak berhenti sampai sini kisah kegatelan saya untuk mencari hiburan, dan radio kembali menjadi penyelamat..ya radio ayah yg siaran SW nya jadi kurang bagus itu ternyata memiliki frekuensi FM, dan di kota saya saat itu siaran FM hanya RRI saja. Berkat informasi tetangga yg sudah SMA, saya diberitahu kalau siaran FM di kota denpasar sudah ramai dan tinggal meninggikan antena saja. Dan benar..naiklah antena aneh-aneh kreasi saya hasil membaca majalah-majalah teknologi saat itu. Luar biasa kegembiraannya karena dengan booster FM yg bagus dapat menjangkau radio merdeka FM / Wijaya FM surabaya. Terimakasih kembali terhadap efek pemantulan sinyal di laut !



Satelit Palapa era 90an mengalami perkembangan signifikan dimana sinyal yg dipancarkan semakin tinggi dan mengakibatkan ukuran parabola yg digunakan menjadi lebih kecil. Saat pertama muncul tahun 80an rata-rata ukuran parabola diatas 11 feet. Kini tahun 90an dengan 6-9 feet maka siaran palapa dapat di tonton dengan jelas. Saat itu palapa merupakan operator satelit nomer wahid (satu satunya di Asean bahkan Australia/New Zealand saja belum punya dan sewa di palapa) dan bersaing dengan hongkong Asiasat serta Intelsat.




Antena "SCTV" pun ramai-ramai diturunkan berganti menjadi jamur diatas genteng yg mengarah ke palapa, saya pun hanya bisa mendengar cerita teman di kelas tentang acara televisi yg di tonton semalam. Penantian untuk DXing parabola muncul saat SMA sayangnya ayah meninggalkan kami selamanya, dan dari sedikit uang sumbangan "duka", saya dan ibu berhasil membeli parabola dan receiver echostar seharga 1.5 juta. Petualangan Dxing parabola pun dimulai .Dengan memutar-mutar parabola timur ke barat mencari siaran TV walau bahasa nya sulit dimengertipun..asal tampil clink di layar kaca.

Sampai sekarangpun DXing via jalur satelit masih menjadi pengisi hari libur, dan saya turunkan ilmunya ke anak buah di kantor agar jangan berhenti di saya saja ilmunya. 

Pembaca ada yang se-hobi dengan saya ? Ditunggu komentarnya ..





Share:

Sabtu, 24 Juni 2017

STB UseeTV Tanpa Kabel "Manfaatkan Fasilitas WDS TP-LINK ke Mikrotik"



"...Disclaimer : Tidak semua percobaan yg dijelaskan disini dapat dijamin jalan,  akibat pemanfaatan perangkat yg sudah tersedia di penulis dan berasal dari berbagai merek / jenis . Pastikan membaca 2 tulisan sebelumnya mengenai UseeTv dan Mikrotik. Harap dapat dimengerti pembaca ..."


Musim libur lebaran sudah mulai nih, penulis jadi teringat sejak blog ini ditulis maka waktu lebaran adalah waktu yg paling produktif melakukan "pengoprekan". Kenapa? Mungkin karena order sepi ?Alasan utama adalah karena penulis tidak ikut berlebaran dan ogah berdesak-desakan ke tempat hiburan yg tentunya saya sadar pasti ada waktu lebih "tepat" untuk menikmati tempat wisata dan hiburan itu yaitu saat low season. Setuju tidak ? hehehe mungkin tidak berlaku bagi pekerja kantoran ya, karena waktu libur panjang hanya ada saat lebaran. Jadi selamat liburan ya ... dan buat saya tetap akan mengaktifkan sel otak agar tetap fresh ..gaya banget ya....wkwkwk aslinya biar ga bosen aja kaleeee...udah ah ngelanturnya...



Kok ada ilustrasi tersandung kabel sih? Kejadiannya memang nyata akibat praktek yg dulu itu lhoo saat saya ingin menonton UseeTV di kamar dengan menarik kabel UTP dan memindah STB ke kamar. BISA DIBACA DISINI . Karena letak kamar tidak memungkinkan pemasangan kabel di dinding (alasannya males aja) alhasil kabel tetap digelar menyusuri lantai. Kesandung deh istri saya...marah-marah deh hasilnya, saya marah karena kabel jadi putus di tengah dan istri marah karena kejedot tembok saat kesrimpet kabel. Mungkin gak ya memakai wireless untuk menggantikan koneksi UTP ke STB?


Nah mahal kan produk yg udah jadi ? Ada yg lebih murah gak ? Pakai STB yg hybrid aja kata seseorang teman, kan udah ada wifinya...hmmm tidak disarankan karena dijamin tidak dihiraukan 147. Bagaimana dengan penambahan USB wifi ke STB ZTE ? Yang ini makin tidak jelas karena hanya USB wireless merek tertentu (ZTE tentunya) yg bisa dipakai. Bisa gak ya memanfaatkan perangkat yg sudah saya punya dirumah ?

Teringat akan memory jadul di kantor dulu kala, dimana saya me-repeat sinyal wifi lewat fasilitas WDS dari router TP-LINK . 


Yuhuuuii ide project experiment pun muncul, bongkar-bongkar kardus akhirnya menemukan 2 router TP link model MR3220 (usb modem / mifi) dan WR841N . Dulu jaman internet masih susah masuk ke perumahan dan modem mifi masih jarang maka TP-LINK menyediakan beberapa seri yg dapat merubah modem USB GSM-CDMA menjadi wifi. Secara system dan hardware mirip sekali dengan seri wireless router WR8xxx, tapi nanti di tulisan ini dapat ditemukan perbedaan hasil bridging WDS dari perangkat yg satu vendor sekali pun..apalagi yg beda vendor ya? Jadi jangan murung kalau gak berhasil jika dilakukan ulang oleh pembaca, mohon pengertiannya ya...

WR841N vs MR3220


Ide awal saya adalah memanfaatkan koneksi WDS dari kedua router wireless TP-LINK diatas, kemudian melakukan bridging dari port useetv sehingga antara ujung ethernet nya menjadi ter "bridge" ...sedikit tweak dengan clone mac address STB ke port WAN (router yg nyambung ke modem indihome)....beres dehh. Untuk seting WDS sudah banyak banget yg bahas..trus ngapain lagi saya ya ? selesai dong ? ooo tidak...saya masih ingin menonton USEETV lewat wifi ke Smartphone dan Laptop seperti penjelasan DISINI. Ayo kita oprek mikrotik nya yukk...



Saya akan berusaha menuliskan secara urut runtutan pemikiran dan eksperimen trial-error saya saat merancang system ini agar lebih nyambung ke pembaca. Saya bukan ahli IT yg jago konsep neworking nya tapi lebih ke "problem solver" , jadi harap maklum kalau kelihatan remeh bagi jago mikrotik...sesuai tagline blog nya "CARA MUDAH ...." ....hehehe... lalu pertanyaan awal yang muncul ini :

  • Wireless Router apa yg akan saya gunakan di sisi STB ? MR3220 atau WR841N ?
  • Apakah WDS akan berfungsi antara 2 perangkat beda merek ?

Beberapa tulisan di forum-forum yg membahas WDS menunjukkan bahwa WDS merupakan protocol non standar yg dibuat oleh vendor perangkat router, dan tentu saja ketika saya praktekkan untuk WDS bridging antara mikrotik vs TP-LINK saya menemukan hasil yg berbeda. Jadinya saya balik ke praktek awal dulu dikantor yaitu bridging internet dari router/modem (sumber internet) ke router TP-LINK via WDS. Sedangkan kodisinya seperti ini nih di rumah saya:

  • Terdapat 2 AP wifi, 1 bawaan indihome (alcatel lucent) 1 Wireless router TP-LINK untuk printer server (terdapat internetnya juga)

Lanjut eksperimennya dan saya mendapatkan hasil yg berbeda yaitu: sukses berinternet ria menggunakan WDS dengan router root (sumber) nya bermerek sama TP-LINK dan ketika saya WDS ke sumber modem indihome Alcatel, hanya MR3220 yg dapat melakukan transparent bridging dan dapat menyalurkan internet. Jadi saya buang saja WR841N karena ping ke gateway (router indihome) gagal apalagi menyalurkan internet. Beberapa kali percobaan static route dan merubah DHCP pun gagal dan dikonfirmasi juga beberapa tulisan di internet kalau WR841N hanya sukses WDS ke merek yg sama dan harus merubah OS nya ke DD-WRT jika ingin transparent bridge ke merek lain...malesnyaa... 

Dan berikut hasil praktek trial error demi menonton UseeTV di kamar TANPA KABEL..


1. PENYEDERHANAAN SETING NETWORK MIKROTIK

Setelah 2 kali menulis di blog mengenai Mikrotik vs UseeTV akhirnya didapatkan ilmu bahwa agar system dapat berjalan lama (tidak sering buka winbox untuk setting manual) dibutuhkan setup yg minimal seperti:

  • Satu local-bridge untuk semua interface, sehingga mendapatkan segemen IP yg seragam
  • DHCP dengan 1 pool dan lakukan di local bridge , bukan di master-interface
  • Matikan semua firewall


2. GUNAKAN WIRELESS AP BRIDGE (NON WDS) PADA MIKROTIK


Percobaan saya tentunya tidak langsung seperti susunan yg rapi ini melainkan melalui proses mencoba , trial error, seperti saya pernah mengaktifkan fasilitas WDS pada wireless mikrotik. Berbagai konfigurasi pun dicoba seperti membuat virtual AP dan sukses mengarahkan multicast IP TV ke STB tapi dengan kecepatan yg dibatasi (gak bisa ditonton siarannya). Entah kenapa ini terjadi sampai 1 hari saya memikirkannya dan dikonfirmasi oleh beberapa tulisan di forum mikrotik bahwa WDS mikrotik tidak kompatibel dengan TP-LINK. Jadi saya kembalikan ke mode wireless standar saja.


3. SETUP WDS DI TP-LINK

Setup awal berikut ini banyak dibahas di internet, jadi kita review singkat saja



Centang "Enable WDS" dan pilih survey agar lebih mudah memilih nama AP mikrotiknya. Pastikan ch wirelessnya sama dan password nya sesuai. Saya tidak broadcast nama AP dari tplink agar tidak membuat ribet dimata.


4. SETUP IP , DHCP DAN STATIC ROUTE

Gunakan IP untuk TP-LINK yang satu segmen dengan router mikrotik agar bridgingnya menjadi gampang. Seperti contoh dibawah dimana mikrotik menggunakan IP segmen 192.168.88.0/24. Gateway di mikrotik 192.168.88.1 sehingga saya pilih 192.168.88.2 untuk TP-LINK


Untuk DHCP , dikarenakan kita menggunakan WDS dari dua vendor yg berbeda, maka jangan ikuti WDS standar TP-LINK yg menyarankan mematikan DHCP di bridge AP (repeater). Entah kenapa mikrotik menolak DHCP request dari luar networknya (karena ga terlalu ahli mikrtotik), jadi karena STB UseeTV menggunakan DHCP untuk mendapatkan IP maka kita aktifkan DHCP server pada TPLINK.




Kenapa DNS saya bikin statis 10.0.0.91? tujuannya agar STB langsung berhubungan dengan server IPTV nya. Jika IP DNS di daerah anda berbeda maka bisa mengeceknya dengan melihatnya di seting DNS yg didapatkan auto di mikrotik ( baca pembahasan sebelumnya agar nyambung).



Seting yg kemudian saya dapatkan di praktek lanjutan (setelah beberapa kali gagal dan pusing) adalah menentukan IP STB secara fix alias ga berubah. Gampang saja dengan melakukan reservasi IP dan MAC di seting DHCP nya. MAC dan DNS dari STB dapat diperoleh saat koneksi masih standar (langsung ke indihome), tekan SET pada remote , Konfigurasi , masukkan password :6321 , pilih Tingkat Lanjut , Sistem Informasi, dan akhir pilih info jaringan sampai muncul list IP dan MAC address.

Jangan lupa menambahkan static route untuk segmen IP 10.0.0.0 yg merupakan segmen IP dari network di server IPTV UseeTV.


  
Untuk mengetest apakah koneksi bridge telah sesuai dan sukses adalah dengan melakukan ping ke IP gateway mikrotik, lanjut ping ke IP DNS , baik dari System Tools : Diagnostic Ping TP-LINK maupun langsung  dari PC (yg terhubung port LAN TP-LINK). Semua ping harus lancar agar didapatkan hasil yang maksimal.




5. STATIC ARP PADA MIKROTIK 


Seting ini didapatkan pada hari terakhir explorasi saya dimana saya merasa jengkel karena hasil ping dari terminal mikrotik ke IP STB selalu berakhir (putus) di tengah setelah awalnya sukses. Kemudian setelah membaca beberapa sumber di internet, saya disarankan untuk melihat di bagian ARP dari mikrotik. Dan dengan gembiranya saya bisa melihat kalau request ARP dari WDS TP-LINK menggunakan MAC address yg sama untuk semua perangkat yg terhubung di port LAN TP-LINK. Hal ini menyebabkan IP STB di reject langsung oleh mikrotik dan sesuai saran mbah google agar saya membuat static ARP agar tidak direject. Saat ping ke STB dan sukses maka langsung saja dari console ARP List saya klik kanan dan pilih "Make Static". Bisa juga dilakukan secara manual asal dicatat dulu MAC address nya yg muncul. Ingat IP dari STB telah dibuat reservasinya di DHCP TP-LINK sehingga tidak berubah-ubah.



Apakah ini mungkin dilakukan karena 1 MAC tapi banyak IP ? Seingat saya mungkin saja sebab di PC linux bahkan windows pun memungkinkan. Dan hasilnya PING ke STB tanpa PUTUS ! WARBYAZAHHH...




Dari langkah-langkah diatas dapat kita gambarkan system nya seperti gambar berikut ini:



Demikianlah experimen saya dan hasilnya masih saya testing terus  karena proses trial dan error belum selesai. Beberapa kali saya temukan loading awal STB yg gagal menampilkan gambar namun sukses dan normal kembali ketika di restart ulang dan beberapa kali gambar terlihat tersendat mungkin gara-gara koneksi WDS yg jelek ataupun akibat request IGMP proxy yg mengalami keterlambatan update request. Nanti akan saya coba update kembali jika ada perkembangan.





SELAMAT MENCOBA

Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (12) antares (8) arduino (26) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (59) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (7) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (1) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (7) radio (28) raspberry pi (4) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (93) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika