Tulisan kali ini lebih 'push the boundary' dari perangkat dongle usb - epro fitipower yang kebanyakan untuk monitoring cuap-cuap para briker menolak tua. Setelah melihat beberapa peta aprs.fi dan iri melihat pergerakan kapal laut di luar negeri sana banyak yang mengirimkan data lokasi juga (baca disini dulu), saya jadi berpikir apakah di kapal lautnya ada perangkat aprs nya ? Ohhh ternyata tidak, tiap kapal laut resmi yang mempunyai ijin berlayar diharuskan memasang transponder/beacon bernama AIS, yang menurut salah satu laman di aprs.fi (baca disini), memancar di frekuensi 161.975 Mhz dan 162.025 Mhz. Dan teringatlah suatu saat ketika saya (dulu) melihat ada denyut yg khas di frekuensi ini
Mungkin gambar capture SDR# saya ini kurang kontrastnya jadi waterfalnya terlihat hanya seperti noise, namun dari beberapa youtube menjelaskan kalau lokasi kamu dekat pelabuhan akan ada sinyal beacon berformat data GMSK 9600bps yang dipancarkan radius 75km. Kebetulan saja saya sedang berdomisili dilokasi dekat pelabuhan tanjung perak Surabaya. Apakah 'noise' berdenyut yang saya terima dengan antena dipole copotan yagi VHF ini dapat menerima dan mendecode data AIS, mari kita bedah langkah2nya.
1. Gunakan VB audio virtual cable , untuk melakukan routing jalur audio ke software lain, biasanya menuju ke software decoder audio ke data. Jadi dengan software ini maka tidak pusing menggunakan kabel loop dari line out ke line in. Download gratis kok, gunakan googling aja untuk mencari lokasi websitenya.
Perlu penyesuaian output dan input dari ke-2 software ini, di sisi penghasil audio semisal sdr# di ubah routing output audio ke VB cable input sedangkan pada software decodernya dibagian audio input ubah juga ke VB cable output.
2. Software decoder yang digunakan adalah Shipplotter (shareware trial 21 hari) dan Aismon yang gratis namun data teks AIVDM nya tidak di decode kan (butuh decoding data manual ke website). SDR# Airspy saya sudah saya routing audionya ke VB audio dan saya hilangkan filter audionya ( WAJIB !).
Tuning dilakukan pergeseran sesuai gambar pulse sinyal pada waterfall dimana pada setup perangkat saya bergeser ke 161.863.600 (maklum dongle murmer jadi gesernya gak tentu). Jika dongle kamu memakai oscilator yang paten maka tinggal menghitung pergeserannya dan input pada bagian error ppm sehingga tuningnya pas di frekuensi AIS 161.975 Mhz / 162.025 Mhz. Jangan gunakan squelch dan atur sampai audionya tedeteksi sekitar 50 %- 80% dari level max yang tersedia.
3. Output dari shipplotter lumayan banyak dari peta sampai radar dan semuanya dilakukan di database internal, namun sebagai orang awam di dunia perhubungan laut maka hal ini membuat saya sedikit "cupu". Yah gpp yang penting ini hasil capture saya.
4. AISMon mengasilkan output yang lebih sederhana namun mudah dimengerti, dimana keluaran datanya bisa lewat serial com, text file maupun text via UDP, jadi bisa di decode lebih lanjut yang akan saya bahas belakangan. Paling gampang ketika sinyal AIS mulai diterima dan ada pesan sukses di decode adalah membuka AISmon.log melalui notepad.
Selanjutnya textnya yang berformat AIVDM dapat di decode di berbagai software yang tersedia online atau melalui python (nanti saya bahas dikemudian hari). Contoh decoding teks nya seperti ini.
Dari gambar capture hasil decoding diatas, kebanyakan pesan yang dikirimkan AIS message 1,2,3 yang merupakan lokasi dari pergerakan kapal namun jarang yang mencantumkan database nama kapal secara langsung, namun menggunakan MMSI ID dari kapal. Pesan yang lebih lengkap ada di message type 5 sehingga kalau di search di website tracking kapal laut juga bisa ketemu kok.
Website vesselfinder ini menurut yang saya baca membaca sinyal AIS yang ditangkap oleh beberapa satelit AIS yang terbang di luar angkasa seperti kepler, jaxa dan yang membanggakan telkomsat milik telkom juga mempunyai layanan AIS monitoring via satellite https://ais.telkomsat.co.id.