Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Tampilkan postingan dengan label radio. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label radio. Tampilkan semua postingan

Minggu, 31 Maret 2024

[RTL-SDR]Tuning ke RRI Surabaya Digital DAB+

 



Tulisan ini mungkin saya anggap pembuktian kalau siaran RRI digital di kota Surabaya memang benar adanya (tulisan saya 3 tahun lalu bisa baca disini ). Sejak dulu RRI telah men "digital" kan dirinya melalui satelit telkom 1 di tahun 2000an dimana ada transponder yang disewa untuk siaran lokal RRI se nusantara, lalu kemudian kerancuan dimulai ketika istilah DIGITAL terbagi 2 kubu yaitu siaran lewat internet  versus siaran yang menggunakan modulasi digital namun tetap menggunakan spektrum radio dalam penyiarannya. Kerancuan ini juga terjadi di pertelevisian, dimana kita sudah merasakan bersama bagaimana susahnya migrasi di TV Digital. Bayangkan saja jika ada proyek migrasi penyiaran radio analog ke digital, yang penetrasinya makin tergerus "tiktok" serta medsos lainnya.

Namun RRI sebagai badan penyiaran yang harus tunduk dengan aturan penyiaran internasional seyogyanya memang harus mengikuti perkembangan jaman, walaupun pendengar digital lewat internet dan smartphone lebih banyak tentunya penetrasinya. Sebagai lanjutan kegatalan saya mencoba dongle rtl-sdr kw murah meriah, mari kita lihat gambar spektrum di frekuensi vhf seputaran 220Mhz.




Terdapat sinyal besar yang meghabiskan bandwith 1.536 Mhz, dan saya yakin ini signal digital karena sinyalnya begitu halus batas kanan dan kirinya layaknya benteng besar. Lalu yang saya lakukan untuk mendecode siaran digital ini adalah mengingat kembali kalau dulu saya pernah menulis tentang percobaan radio digital RRI di frekuensi VHF Kanal 12D (229.072 Mhz), dan  kemudian saya menginstal aplikasi DAB Player yang saya temukan di Internet. Namun sayangnya driver yang digunakan adalah driver bawaan USB DVBT stick, sehingga saya jadi gak bisa utak-atik radio lewat SDR lagi.




Ketika saya akhirnya beralih mengoprek SDR di OS linux/ubuntu disanalah saya menemukan aplikasi yang ber driver sama Osmocom sehingga langsung saja saya arahkan ke githubnya untuk mengunduh image linux nya disini : https://github.com/JvanKatwijk/qt-dab/releases. Ada 2 versi linux yang dapat dunduh, versi windows juga ada. Jadi silahkan gunakan yang sesuai dengan PC anda.  

Untuk dapat menjalankan nya di linux maka butuh merubah jenis aplikasinya jadi executable, gak perlu pake command line yang susah, gini aja sesuai gambar dibawah lewat klik kanan.



Setelah itu aplikasi sudah bisa di RUN dan pencet control. DI bagian bawah terdapat input dan bisa pilih DAB STICK dan bisa di scan single di frekuensi / kanal 12D di Jakarta maupun Surabaya. Kota lain silahkan full scan aja biar lebih bagus mungkin aja ada radio lainnya juga bersiaran di Digital DAB.



Tampilan siaran DAB+ di QT-DAB seperti ini : 



 

1 kanal DAB+ dapat menampung 8 buah siaran radio berformat Audio HE-AAC 128kbps (standar audio Mpeg player) sehingga total bitrate yg dipakai sekitar 1.136 Mbps . Sehingga kualitas suaranya sangatlah jernih ditelinga layaknya memutar CD atau MP3. Untuk membikin seru, kita tampilkan grafik-grafik yang secara teknis berguna ( untuk anda mahasiswa jurusan telekomunikasi).










Mau mencobanya ? Silahkan saja...Seru kok

Share:

Jumat, 29 Maret 2024

[RTL-SDR] Mendengarkan Radio FM Dengan Gnu Radio

 

 

Setelah berhasil menginstall Gnu Radio dan driver osmocom- osmosdr, bisa baca dulu disini, kita lanjutkan utak atik dongle rtl-sdr kelas jangkrik seharga 65 ribu perak dengan mempelajari bagaimana mengaksesnya melalui gnuradio companion yang berbasis GUI. Sebenarnya coding secara manual bisa dilakukan menggunakan python dan c++, namun saya rasa akan membutuhkan pemahaman yang sangat lama (bagi saya, tidak untuk kawan yang ahli nya ahli ulo python). 

Kita mulai dengan perintah : sudo gnuradio-companion  dan kemudian layar polos flows dari gnuradio companion muncul, tenang saja ikuti langkah urut berikut ini :


1. Beri nama proyek radio kamu agar terlihat keereeen




2. Tambahkan sumber radio sdr yang kita pakai, dalam hal ini dengan driver dari osmocom / osmo SDR. Menu sebelah paling kanan adalah drop down menu untuk memilih "block" yang akan ditambahkan. Jangan kaget kalau terlihat perangkatnya belum nyambung (Source - out(0): Port is not connected) abaikan saja.

 


 

3. Isikan parameter didalamnya, ikuti saja langkah sesuai gambar dibawah. Nilai-nilai yang dipakai berulang seperti sample rate atau frekuensi dapat di berikan sebagai block variabel, seperti pada pemrograman pada umumnya.



 

4. Selanjutnya akan semakin menjadi bahasa yang "hanya" dipahami oleh mahasiswa jurusan teknik telekomunikasi seperti istilah Filter dan FFT. Sebagai tukang solder ya kta hantam saja yang penting sinyalnya keluar seperti gambar flow berikut, dimana saya melakukan tuning radio FM di daerah Surabaya. Sambungkan node in dan out yang sesuai pada editor.


 

5. Tuh kan mumet ! Untuk bisa menampilkan gambar gelombangnya seperti gambar diatas, perlu dilakukan pengaturan FFT seperti gambar berikut :


6. Selanjutnya tambah membikin dahi mengkerut karena mulai muncul istilah-istilah pengolahan sinyal pada python seperti : FILTER, DECIMATION, DOWN SAMPLING, RE SAMPLING, dan tetek bengek lainnya. Intinya sinyal FM akan dipotong - diturunkan - dibagi, sehingga dapat diolah menjadi gelombang suara. Ini bukanlah makanan saya dan mungkin saat saya sudah paham maka saya akan tidak segan-segan untuk membaginya. Ini adalah salah satu alasan saya, DULU KETIKA KULIAH, untuk mengambil jurusan tukang solder, ketimbang tukang sinyal yang matematikanya harus jago!

 

7. Output dari audio sink pada linux lumayan bikin pusing setingannya, namun saya kasi clue untuk ubuntu ( berbasis driver alsa ) seperti pada gambar dibawah ini audio default saya pada ubuntu, namun jika ingin mngeluarkan suara di layar tv HDMI gunakan : hdmi:CARD=HDMI,DEV=0 , jika bingung coba cari list alsa device pada terminal dengan perintah :  aplay -L .

 

 


8. Diagram flow lengkapnya seperti ini, dapat juga diunduh mentahannya di sini.


 


SELAMAT MENCOBA !

Share:

[RTL-SDR] Bosan dengerin cuap-cuap? Ayo main lebih jauh dengan GNU RADIO

 


SDR# Airspy sudah bosen, frekuensi polisi udah ketemu sampai tau update kegiatan mereka. Lalu liat decoding DMR juga ketemunya orang di gudang ekspedisi ngobrolin hal yg gak paham. Selanjutnya apa ya yang menarik untuk dibahas? 

Ehhhh kebetulan nih saya sedang getol-getolnya menyambung lagi oprek lora yang saya lakukan dikampus unesa surabaya. Ada beberapa anak yang skripsi nya mengenai lora sedang saya bimbing dan ada anak magangnya juga. Ini juga yang menyebabkan saya membeli dongle rtl2832 merek Epro yang katanya KW. 

 

 

 Saya ingin membaca sinyalnya lora, dan memang berhasil membaca sak-"klebat "-an chirp lora di waterfall SDR#. Lalu kalau saya ingin men-decode-nya saya harus gimana? Inilah kemudian memutuskan saya untuk meng-eksplor lebih jauh menggunakan GNU RADIO.


Untuk menggunakan gnu radio, maka mau tidak mau saya harus menggunakan OS linux yang kebetulan PC saya terdapat distro paling umum Ubuntu didalamnya. Ya langsung saja saya install package Gnu-radio beserta driver RTL-SDR yang saya pakai. Langkahnya seperti ini kira kira:


Install melalui terminal, luangkan waktu sejenak dan internet yang kencang:    

 

sudo apt-get install gnuradio

 

Setelah itu kita cek apakah driver dari perangkat USB dongle RTL-SDR sudah tersedia di Gnu Radio companion dengan mengecek adanya menu osmosdr di kanan bawah layar pilihan bloc. Jika tidak ada (versi 3.8 kebawah)diharuskan menginstall driver RTL-SDR yang sesuai sehingga  tidak menggunakan mode DVBT, dibuat oleh osmocom jerman. Langkahnya seperti ini :


git clone https://gitea.osmocom.org/sdr/gr-osmosdr
cd gr-osmosdr/
mkdir build
cd build/
cmake ../ DINSTALL_UDEV_RULES=ON -DDETACH_KERNEL_DRIVER=ON
make
sudo make install
sudo ldconfig

 

Jika sudah selesai maka bisa melakukan test dengan perintah  $ rtl_test



Jika layar terminal tadi belum muncul seperti gambar diatas, mungkin butuh menambahkan  baris text ini  di /etc/modprobe.d/blacklist.conf

 

blacklist dvb_usb_rtl28xxu 

 


Gunakan : sudo nano /etc/modprobe.d/blacklist.conf agar lebih mudah mengeditnya.


Selanjutnya apa ya ? Kamu bisa menggunakan IDE Drag & Drop dari gnuradio companion ( $ gnuradio-companion ) untuk menambahkan semua komponen perangkat SDR. Sedikit njlimet dan saya akan memulai pada memperkenalkan Gnu Radio Companion  untuk tuning siaran radio FM. silahkan di baca bagian selanjutnya ya..





Share:

Kamis, 28 Maret 2024

[RTL-SDR] Teknologi Radio Analog Jadul, Dapat Apa Sih di 2024 ?

 



Jadul amat di tahun 2024 main radio analog ? Hellukk jangan gitu dong, semua yang telah menjadi digital (saat tulisan ini disusun), juga berasal dari analog lhoo... Namun karena memang kebutuhan akan frekuensi sebagai sumber daya alam terbatas, maka dengan hadirnya ilmu digital, menjadikan pemanfaatan spektrumnya menjadi lebih efieien. GSM 5G yang kalian pakai sekarang juga diawali oleh teknologi selular AMPS di tahun 90an yang kemudian dengan kebutuhan yang meningkat dapat dilayani oleh sistem digital GSM dengan lebih bagus. Kita akan bahas secara pelan dilain kesempatan, dan kali ini saya akan berbagi dapat apa sih pada frekuensi radio di wilayah saya  ?

Namun pertama kita lihat dulu pembagian spektrum frekuensi radio yang dibagi oleh ITU dan dilokalkan di Indonesia oleh Kominfo.  



Wikipedia menulis seperti ini :

  • Tremendously low frequency (TLF): < 3 Hz: >100.000 km: Natural Electromagnetic Noise
  • Extremely Low Frequency (ELF): 3 – 30 Hz: 10.000 – 100.000 km: Submarines
  • Super Low Frequency (SLF): 30 – 300 Hz: 1.000 – 10.000 km: Submarines
  • Ultra Low Frequency (ULF): 300 – 3.000 Hz: 100 – 1.000 km: Submarines, mines
  • Very Low Frequency (VLF): 3 – 30 kHz: 10 – 100 km: Navigation, time signal, Submarines, heart rate monitor
  • Low Frequency (LF): 30–300 kHz: 1 – 10 km: Navigation, time signal, Radio AM (long wave), RFID
  • Middle Frequency (MF): 300 – 3.000 KHz: 100 – 1.000 m: Radio AM (medium wave): (Banyak digunakan dalam radio siaran swasta niaga)
  • High Frequency (HF): 3 – 30 MHz: 10 – 100 m: Short wave Broadcast, RFID, radar, Marine and Mobile radio telephony: (Banyak dipakai untuk hubungan ke tempat yang jauh/ terpencil.)
  • Very High Frequency (VHF): 30 – 300 MHz:1 – 10 m: Radio FM, Television, Mobile Communication, Weather Radio: (Banyak digunakan untuk kepentingan hubungan jarak dekat)
  • Ultra High Frequency (UHF): 300 – 3.000 MHz: 10 – 100 cm: Television, Microwave device / communications, mobile phones, wireless LAN, Bluetooth, GPS, FRS/GMRS: (Banyak digunakan untuk kepentingan hubungan jarak dekat)
  • Super High Frequency (SHF): 3 – 30 GHzv: 1 – 10 cm Microwave device / communications, wireless LAN, radars, Satellites, DBS: (Banyak digunakan untuk tererstrial dan satelit )
  • Extremely High Frequency (EHF): 30 – 300 GHz: 1 – 10 mm High Frequency Microwave, Radio relay, Microwave remote sensing: (Banyak digunakan untuk tererstrial dan satelit )
  • Tremendously High Frequency (THF): 300 – 3.000 GHz: 0.1 – 1 mm: Terahertz Imagin, Molecular dynamics, spectroscopy, computing/communications, sub-mm remote sensing.


Sedangkan untuk radio amatir milik Orari maupun Rapi memiliki band plan seperti berikut :


klik / download gambar untuk lebih jelas


Lalu apakah yang bisa saya lakukan untuk mengetes apakah dongle usb RTL-SDR yang katanya kw ini bekerja atau tidak ? Mari kita tuning ke stasiun radio FM terdekat dan jangan lupa sambungkan antena seperti yang sudah saya bahas disini.




Untuk modulasi paling umum ada 2 yaitu AM dan FM, dimana AM biasanya digunakan oleh perangkat radio dibawah 80Mhz dan juga yang masih menggunakan nya adalah airband / komunikasi bandara dan pesawat di 108 - 137Mhz. Selebihnya komunikasi lebih bagus menggunakan FM termasuk radio amatir analog maupun digital. Saya beri contoh hasil capture radio AM broadacst dan amatir di rentang frekuensi medium wave  dari penerima SDR Airspy di australia, yang terhubung ke network SDR#.




Sedangkan yang menarik kalau di amerika ada banyak radio broadcast yang masih mengudara di jalur short wave seperti Indonesia tahun 80-90an (jaman saya remaja). Dan di amerika sana ada stasiun radio timer / penanda waktu WWV yang masih mengudara di frekuensi 2, 2.5, 5, 10 dan 15 MHz. Rekamannya seperti dibawah ini.




Sedangkan di Surabaya sini penggunaan frekuensi masih cukup banyak oleh instansi pemerintah, tni, kereta api, satpam dan lain sebagainya. Kebetulan saya tinggal dekat pelabuhan tanjung perak maka saya sering mendengar percakapan antara tower pelindo dengan kapal yang mau sandar di dermaga, atau kantor ekspedisi kontainer. Kode-kode yang mereka gunakan masih membuat saya tertawa namun masih cukup seru untuk disimak.




Untuk frekuensi lainnya yang pernah saya scan adalah percakapan kereta api yang akan sampai (menggunakan radio lokomotif) ke PPKA di pasar turi.


Jaman sekarang telah hadir juga perangkat radio amatir digital, sehingga butuh encoder khusus untuk mendengarkannya.



Sebenernya masih banyk lagi hasil scanning saya, dari mulai tukang sapu jalan (DLH SURABAYA), kepolisian, markas TNI AL dan yang kadang menjengkelkan ada pengguna radio amatir yang kadang menyetel lagu sambil karakoean di frekuensi amatir. Gak ada kerjaan kali ya....

Share:

Selasa, 26 Maret 2024

[RTL-SDR] Perkenalan dunia radio dengan dongle usb ePro - Fitipower - FC0012

 




Tulisan saya mengenai topik radio RTL-SDR ini mungkin terkesan " kok baru sekarang ?" padahal sejak 2010an saya sudah menjadi pembaca setia di forum internet mengenai SDR, terutama di forum kaskus saat itu. Namun karena memang topiknya entah sudah bosen, wajar saja saat itu saya bekerja di vendor perangkat telco, maka hal ini hanya menjadi selingan bacaan seru melihat para kaskuser rakom berhasil membuat SDR sederhana, menggunakan sound card sebagai ADC nya dan radionya bekerja di frekuensi HF 80m band. Seru sekali saya melihatnya sampai suatu ketika saya menemukan website websdr.

WEBSDR merupakan website yang menyediakan kumpulan penghobi atau lab di kampus yang menyediakan perangkat DSR berbasis DSP/FPGA dan kemudian di share ke pengguna melalui online. Jadi saat itu ketika melihat alat DSP nya mereka canggih-canggih membuat nyali ciut, walau saya familiar dengan FPGA namun kemudian saya berpikir toh dengan klik mouse saja sudah bisa merasakan berselancar ke berbagai radio analog di seluruh dunia. Mulai dari siaran broadcast sampai ke radio milik polisi di belanda sana. Seru deh, coba aja berkunjung.



Gambar diatas bukan iklan di blog saya ya, namun memang saya ketemukan suatu ketika saya browsing dan terkejut ada yg menjual RTL-SDR dongle dengan harga lumayan tidak masuk akal. Padahal sekitar 5 tahun sebelumnya saya melihat dongle yang "asli" walau sebenarnya adalah TV tuner DVBT dijual masih cukup mahal. Ini 65 ribu bedanya apa ya ? Jika kalian penasaran saya kasi spoiler bedanya ya..




Dongle DVBT yang warna biru itu menjadi incaran saya sejak lama karena merupakan dongle bikinan realtek yang asli dan bisa dioprek menjadi penrima radi dari frekuensi 25Mhz -1700Mhz . Sedangkan yang sebenarnya yang ditawarkan oleh penjual di olshop ini adalah yang sebelah kanan, jelasnya bentuknya begini.



Larilah saya ke bagian komentar dan rating, dan ya memang ada yang puas karena murahnya tentu, dan ada yg teriak karena dianggap seller telah menipunya. Namun ada juga yang bilang kalau sesuai harga karena frekuensi responsenya dari 25-980 Mhz saja. Googling lagi dan web rtl-sdr memang memberi warning akan penipuan dongle rtl-sdr KW yang ternyata berbeda di chipset tunernya, walau sama-sama menggunakan chip DSP RTL2832U. Yang asli menggunakan tuner produk rafael micro sedangkan yg epro ini menggunakan fitipro fc0012. Keputusan saya? PENCET ORDER AJA !  





Dan datanglah barangnya lalu saya coba dengan menggunakan berbagai resource internet yang ada, dan bagi pemula saya sarankan menggunakan SDR# (sdr sharp) sebagai software sdr nya dan menginstall driver dari file yang diberikan (berbasis zadig). Saya gak akan menjelaskan lagi karena banyak sekali blog dalam maupun luar serta video youtube yang menjelaskan langkah instalasi. 



Lalu yang sangat krusial adalah pemilihan antena, dan kebetulan setahun ini saya telah bergelut dengan berbagai antena selama migrasi tv digital, dan saya colokkan aja ke dongle usb ini karena memang colokannya cocok berupa jack tv RG6. Hasilnya bagaimana ?




Tulisan pembukaan ini akan pendek saja, lain kali akan saya bagi berbagai pengalaman eksplorasi dongle ini terutama berhubungan dengan DAB (digital radio) dan DMR ( Digital Mobile Radio).


 

Share:

Minggu, 04 Juli 2021

Reginald Fessenden - de pionier van draadloze telefonie

Deze keer zal ik verschillende series bespreken over de geschiedenis van de radio-uitvinding en de ontwikkeling ervan in het begin van de 20e eeuw. Misschien begrijpen lezers alleen uit schoolboeken dat de uitvinder van de radio Guilermo Marconi is, die de Nobelprijs voor dit onderwerp heeft gewonnen. Als schrijver die altijd sceptisch staat tegenover buitensporige individuele "claims" op een technologie, is het echter noodzakelijk om in de geschiedenis van radio te duiken, die niet kan worden gescheiden van namen variërend van faraday - maxwell - herts - tesla - marconi - fesenden - de forest - armstrong - sarnoff en meer. Dus uit de samenvattende reeks youtube-video's van een leraar in Amerika genaamd Kathy, zal ik proberen het uit te leggen zodat de lezers in het land verlicht worden.





In 1899 had een Canadese wetenschapper die 'geduldig' was een visie om muziek en spraak draadloos/draadloos te verzenden. Maar dat zou zeven jaar duren, en in november 1906 zond hij een draadloos signaal uit over een afstand van meer dan tien mijl waar zijn stem te horen was (voorheen piepte de radio alleen maar - piepende morsecode).


Hoe is radio ontstaan? Reginald Fessenden werd geboren in Canada, maar op 20-jarige leeftijd in 1886 verhuisde hij naar de Verenigde Staten om te proberen een baan bij Edison te krijgen. Hij ging naar Edison met een introductiebrief en Edison antwoordde met een stuk papier waarop stond: "Wat weet jij over elektriciteit?"


Fessenden antwoordde eigenlijk dat hij niets van elektriciteit weet, maar ik kan snel iets leren.


Edison had al aardig wat arbeiders die niets van elektriciteit wisten, maar Fessenden bleef geduldig en gaf hem uiteindelijk een elektrische baan. Fessenden werd al snel gepromoveerd tot hoofdchemicus van Edison. Fezii, zoals Edison hem noemde, hoorde over de experimenten die Hertz had gedaan en radiogolven uitzond. Hij vroeg Edison toestemming om Wireless te bestuderen, wat Edison bij zijn terugkeer uit Parijs instemde.


De realiteit keerde echter en alle laboratoria van Edison werden gesloten vanwege financiële problemen en Fessenden werkte niet meer. Daarna verhuisde hij naar Edisons rivaal George Westinghouse, die hem hielp een baan als hoogleraar te krijgen en in 1898 die alles wat met experimenteel draadloos te maken had, pushte.


Maar Fessenden weigerde, hij stelde voor om het in plaats daarvan aan Marconi over te laten. Dit deed hem weer aan draadloos denken, hij wist dat velen van hen draadloze experimenten deden, maar geen van hen deed wetenschappelijk onderzoek van de juiste omvang.




Er is een tekort aan de radio-ontvanger, waarbij de gebruikte componenten 'coherer' worden genoemd die bij radiogolven worden 'geplakt' of opgesteld. Het kan worden gebruikt als een aan / uit-schakelaar wanneer er een radiosignaal is, het werkt heel goed maar is zwak om te vertellen hoe sterk de radiogolven zijn. De Fessenden begonnen te sleutelen aan een andere radio-ontvanger door het radiosignaal als variabele weerstand te gebruiken en een spanning in de secundaire draad te induceren. En door hem aan te sluiten op de speakerphone klinkt er een pieptoon.


Men dacht dat de zender die Fessenden gebruikte een vreemd schel geluid had en was oprecht verrast toen hij de Morsecode-knop op de zender lang indrukte, er een mooi geluid op zijn radio-ontvanger verscheen. Fessenden kon zichzelf er al snel van overtuigen dat hij draadloos geluid kon uitzenden.


In die tijd werd het systeem voor het creëren van radiogolven een vonkbruggenerator genoemd. De hiaten en vonken daartussen zullen radiogolfpulsen een paar keer per seconde doen verschijnen, meestal rond de 20 tot 50. Een vriend van Fessenden maakte de blauwdruk voor een nieuwe gap-generator die 10.000 vonken per seconde zal genereren en de golven zijn echt continu (continu golven).



In de jaren 1900 werd dit apparaat voltooid en Fessenden bevestigde een microfoon aan de zender, zodat wanneer iemand in de microfoon sprak, de koolstof erin werd gecomprimeerd of de koolstofvezel erin veranderde. Het resultaat is een verandering in de weerstand in het circuit, wat resulteert in een verandering in de amplitude of sterkte van de stroom.


Omdat dit systeem geluid op amplitude moduleerde, werd het uiteindelijk AM-radio genoemd. Radio's die amplitudemodulatie gebruiken, kunnen radiosignalen op enkele kilometers afstand verzenden. Maar dit produceert een zeer hard geluid dat onaangenaam is vanwege de onregelmatigheid van de golven die door de vonkbrug worden gegenereerd.


In 1904 sloot Fessenden zich aan bij General Electric (niet meer die van Edison) om fijnere continue radiogolven te maken die ongeveer honderdduizend keer per seconde trillen. Het basisidee is om wisselstroom te maken op dezelfde manier als een elektrische generator die in de buurt van een elektromagneet draait, maar zeer snel roteert en veel magnetisme heeft.




Om spoelen minder ingewikkeld te maken, maakte hij een massieve metalen schijf met radiale sleuven gevuld met een niet-magnetisch materiaal. Hij huurde een 26-jarige jongen genaamd Ernst Alexandersen in om fulltime aan het project te werken en twee jaar later, in 1906, haalde hij het eindelijk.


In die tijd werd de Alexandersen-alternator de beste radiosignaalproducent ter wereld, maar deze alternator was erg moeilijk te installeren op schepen en was duur en moeilijk te bedienen. Ook is er de uitdaging om een ​​betere ontvanger te maken zodat radiogolven hoorbaar zijn.



Dan is er de briljante uitvinding van de Fessenden, de elektrolytdetector. Als je een antenne hebt, kun je radiogolven opvangen als je een condensator toevoegt of ook wel een condensor wordt genoemd, wat slechts een geleidend dubbelzijdig object is met een dunne isolator ertussen.





Dan kan de condensator lading ophopen op het oppervlak, en als de condensator vervolgens de spoelstroom ontlaadt, zal hij een wisselstroom en een magnetisch veld in de spoel creëren. Dit creëert ook meer stroom in de spoel die vervolgens de condensator opnieuw oplaadt in de andere richting die vervolgens in de tegenovergestelde richting ontlaadt.



Wat ik hier probeer te zeggen is dat als je een condensator in een spoel hebt, deze de neiging heeft te oscilleren. Deze frequentieoscillator wordt het tankcircuit genoemd en is de ruggengraat van alle radio's. Dus als je een antenne hebt met een spoel en een condensator, kun je je spoel instellen om op dezelfde frequentie te trillen.



Als je dat signaal echter op een luidspreker zet, is het resultaat dat het circuit hier te snel oscilleert voor mensen. Wat Fessinden nodig had, was een eenrichtingsklep of gelijkrichter. Als u via een hoofdtelefoon naar een signaal luistert, reageert de hoofdtelefoon alleen op een ongelijkmatige signaalomhulling of -amplitude.


Dus de grote vraag is hoe maak je een elektrische eenrichtingsklep? Fessenden deed zijn best in 1903. De Fessenden-detector, die eigenlijk gewoon een eenrichtingsklep was, had een dun stukje platina in een zuurbeker verbonden met een batterij met een variabele weerstand.


De weerstand zal dan worden aangepast om een ​​lichte spanning over de detector te leveren die een reactie tussen het zuur en het metaal zal veroorzaken en vervolgens een isolerende bel rond het metaal zal creëren. Als afzonderlijke spanningen in dezelfde richting worden geplaatst, worden de bellen groter en kan er geen stroom vloeien. Als de spanning in de tegenovergestelde richting is, zullen de bellen afnemen en kan er stroom vloeien. Dit wordt een eenrichtingsklep genoemd.


Gedurende enkele jaren werd deze detector de meest populaire radiodetector. Dus nu heeft Fessenden een manier om vloeiende, continue radiogolven te creëren, hoe je er geluid aan kunt toevoegen met een microfoon en hoe je ze kunt ontvangen met zijn ontvangersysteem. Het is tijd om een ​​gigantische radiotoren te bouwen en het allereerste signaal uit te zenden dat echt een "AM-radiosignaal" is.






Op 10 december 1906 stuurden ze uitnodigingen naar lokale wetenschappers en krantenmensen om getuige te zijn van de geschiedenis. Draadloze spraakoverdracht, meer dan 10 mijl. Ze praatten en speelden opnames en verrasten zelfs de vissers aan boord die normaal een pieptoon van morsecode zouden verwachten, maar het klonk niet zoals het zou moeten.


Fessenden beweerde later dat hij op kerstavond 1906 een muzikaal concert had gemaakt voor het plezier van de mensen aan boord. Maar er is veel discussie over of dat ook daadwerkelijk is gebeurd. Toch dacht Fessenden niet aan het "uitzenden" van radiosignalen. Hij dacht er alleen aan om een ​​draadloze telefoon te maken.


Ook Fessenden begon ruzie te maken met een collega die hij in 1911 ontsloeg. Een kort citaat van hem: "Probeer niet te denken, je hebt er de hersens niet voor." Fessenden stopte eigenlijk helemaal met draadloze dingen. In feite dacht bijna niemand eraan om draadloze technologie te gebruiken om geluid en muziek, nieuws en advertenties naar een houten kist te verzenden, en dit was voor de jaren twintig onmogelijk om te horen.


Er was echter één persoon die in 1908 een droom had over draadloze uitzendingen. Zijn naam was Lee de Forest. En nadat hij had gelezen over het draadloze telefoonsysteem van Fessenden, besloot hij een draadloze telefoonmaatschappij op te richten. De Forest zegt dat met een draadloos systeem "Opera ooit in elk huis zou kunnen komen! Nieuws en zelfs advertenties zullen via draadloze telefoons naar het publiek worden gestuurd."


De Forest droomde ook dat mensen samen konden komen in een grote bar en met een grote radio-ontvanger, zodat mensen tegelijkertijd muziek konden horen. De Forest was een visionair, maar hij stal ook de meeste radio-uitzendtechnologie van uitvindingen van anderen. Hoe heeft deze oplichter per ongeluk onze wereld veranderd?

Share:

Jumat, 02 Juli 2021

Marconi first wireless signal transmission in London on 27 July 1896

Italian inventor and electrical engineer Guglielmo Marconi was born on 25 April, 1874, in Bologna and became a pioneer in the field of long-distance radio transmission and a key developer of radio telegraphy.





Marconi initially began experimenting with radio waves when he was 20 years old, with the hope of creating a form of wireless telegraphy.


By 1895 he had succeeded in transmitting a signal just over a mile ‒ but the Italian Ministry of Posts & Telegraphs was not interested in funding further research.


It later transpired that the letter he sent explaining his wireless telegraph machine had been dismissed as madness – the head of the ministry apparently scrawled "to the Longara" on the document, referring to an asylum in Rome.

Undaunted by lack of interest in his native Italy, Marconi travelled to London and, via family connections, was introduced to William Preece, engineer-in-chief to the General Post Office – a forerunner of today's BT. Preece and the Post Office supported Marconi in his early career in the UK.


On 27 July 1896, Marconi successfully demonstrated his wireless telegraphy system by sending a signal between two Post Office buildings.





The transmitter was placed on the roof of the Central Telegraph Office – at the junction of Newgate Street and St Martin’s Le Grand, where the BT Centre now stands – and a receiver on the roof of GPO South building on Carter Lane. A plaque on BT Centre commemorates this first public transmission of wireless signals.


Though the distance covered by the signal between the two London buildings was only 300 metres, the demonstration persuaded the GPO to fund further tests by Marconi on Salisbury Plain.

But despite recognising the system’s potential, the GPO failed to sign a formal agreement with Marconi – leaving him free to establish a private company (The Wireless Telegraph & Signal Company Ltd) in London in 1897.


The company enjoyed rapid success – first successfully transmitting across the English Channel in 1899, then across the Atlantic in 1901. Marconi’s company became well-known as a provider of wireless equipment and operators for shipping – most famously to the Titanic, whose wireless transmissions as the ship sank in April 1912 helped save many lives.





Herbert Samuel, postmaster general at the time, said of the Titanic disaster: “Those who have been saved, have been saved through one man, Mr Marconi... and his marvellous invention.” Marconi and his family had been invited to sail on the ship’s doomed maiden voyage but had been unable to make the journey.


Marconi shared the 1909 Nobel prize in physics with Karl Ferdinand Braun “in recognition of their contributions to the development of wireless telegraphy’’.


Braun's major contributions included introducing closed tuned circuits in the generating part of the transmitter, and its separation from the radiating part (the antenna) by means of inductive coupling – and, later, the use of crystals for receiving purposes.  Braun also developed the first cathode ray tube in 1897 – a key element in the creation of television.

Share:

Kamis, 10 Juni 2021

DRM - Digital Radio Mondiale - Upgrade Teknologi Radio SW/MW/FM ke Digital


DRM - digital radio  mondial adalah radio yang dirancang ulang untuk semua pendengar setia radio diseluruh dunia.  Ini adalah bagian dari komunikasi digital di seluruh dunia, dirancang sebagai pengganti secara digital berkualitas tinggi untuk siaran radio analog. Dengan radio digital drm, standar infrastruktur radio yang ada dapat dimodernisasi untuk menawarkan lebih banyak layanan kepada pendengar.



Dengan  melakukan investasi di teknologi ini,  drm menawarkan manfaat besar misalnya konten yang jauh lebih kaya dan lebih baik untuk semua orang serta menggunakan lebih sedikit energi. Radio digital mondial menawarkan radio digital untuk semua, jadi bagaimana kita bisa mendigitalkan seluruh negara? 

Mari kita bayangkan sebuah negara bernama integria dengan kota dan desa pegunungan dan gurun imajiner ini negara mungkin sedikit seperti negara kamu sekarang  yang memiliki 25 juta penduduk. Digitalia adalah ibu kotanya berpenduduk6 juta orang, umumnya adalah pusat perdagangan dan pusat perbankan. 



Ada juga dua kota menengah lainnya dan kota-kota di barat beberapa kota semi-otonom di selatan dan wilayah hutan besar yang membagi negara. Ada lokasi pertanian penting dan pedesaan dimana populasi tersebar di wilayah yang luas. Integria negara berukuran sedang ini dengan PDB terbatas memiliki banyak tantangan komunikasi bagaimana menyediakan informasi, berita hiburan dan pendidikan untuk seluruh penduduk. Bagaimana memperingatkan orang tentang bahaya dan bencana, baik itu buatan manusia atau bencana alam. 

Saat ini integria memiliki terintegrasi jaringan penyiaran radio menggunakan gelombang menengah gelombang pendek dan fm transmisi yang dapat diterima oleh kebanyakan orang di banyak tetapi tidak semua wilayah negara yang disebut penyiar layanan publik radio nasional 'NR' menggunakan satu pemancar gelombang pendek SW jadul dan tiga pemancar gelombang menengah MW yang menutupi sebagian besar daerah pedesaan.



Di kota terdapat beberapa stasiun fm berdaya rendah tetapi biaya mahal memberikan campuran konten berita dan info trafik dalam beberapa bahasa daerah dan dialek tapi sinyal mereka tidak menjangkau jauh melampaui batas kota. Jadi fm mencakup sekitar 15 persen dari populasi dan gelombang sedang 80 sedangkan desa-desa di kawasan hutan besar tidak mendapatkan cakupan apapun.

Namun orang-orang di daerah pedesaan ingin lebih banyak radio dalam bahasa daerah untuk lebih banyak jam dalam sehari. DRM adalah satu-satunya sistem radio digital yang merangkul semua pita frekuensi radio yang saat ini digunakan dan dapat membantu meningkatkan layanan radio untuk negri Integria. DRM dapat menawarkan cakupan nasional dan internasional secara penuh ke penyiaran publik integria. Juga dapat menawarkan layanan radio kepada komunitas stasiun yang lebih kecil untuk kebutuhan pendengar lokal di kota kecil dan desa.

Drm memungkinkan penyiar untuk mentransmisikan hingga tiga siaran radio yang berbeda dari satu pemancar tunggal sehingga Anda dapat memiliki lebih banyak variasi konten radio. Jadi rencana untuk memigrasikan sistem analog saat ini ke digital dalam integria menjadi satu opsi bagus, membuat atau meningkatkan / upgrade ke pemancar DRM ke pemancar radio SW gelombang pendek yang sudah ada dan dapat mencakup seluruh integria.




Opsi tambahan kedua adalah mengupgrade pemancar radio AM MW gelombang menengah yang sudah ada  hanya untuk cakupan regional masing-masing.  Pemancar dapat membawa hingga tiga siaran radio sehingga isinya bisa lebih kaya lebih bervariasi dan di daerah dengan bahasa daerah atau dialek khusus. Pemancar gelombang menengah yg dialihkan gelombangnya ke drm dapat memberikan cakupan yang sama tetapi menggunakan hingga hingga 50 persen lebih sedikit daya daripada radio analog.

Itu lumayan banyak juga penghematan energinya. Pilihan lebih lanjut adalah mendigitalkan stasiun radio fm di ibu kota dan di bagian lain negara. Stasiun fm komersial atau didanai negara juga bisa mendapatkan keuntungan dari drm dengan lebih banyak konten dalam lebih banyak bahasa.

Fleksibilitas DRM untuk ketiga skenario digitalisasi ini dapat  digabungkan untuk menjangkau semua warga integria.



Yuk simak manfaat tambahan drm,  bukan hanya audio saja karena drm radio juga memiliki layar dan drm dapat menyediakan data bersama dengan siaran audio. Data berarti teks dan gambar, dari peta ke rumus matematika dan pelajaran lainnya, hasil pertandinga olahraga langsung dan bisa di berbagai bahasa dan penting juga untuk peringatan darurat jika terjadi bencana.


Drm memberikan kesempatan untuk stasiun radio digital manajer untuk menggunakan saluran data ini untuk membuat sesuatu yang baru sebagai pendapatan. Singkatnya radio digital mondial drm, menggunakan energi hijau ( Green Energy ), fleksibel dan memberikan akses informasi universal sehingga seluruh negara dapat terhubung dan setiap murid dan siswa integria dapat diberikan pendidikan bahkan di daerah terpencil tanpa  akses internet.


DRM di Indonesia




Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan pengukuran evaluasi uji coba dan pengukuran teknologi Digital Radio Mondiale (DRM) di wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.


"Kegiatan hasil kerja bersama Direktorat Penataan Sumber Daya dan 3 unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo serta  Radio Republik Indonesia (RRI) serta Balai Diklat RRI itu dilakukan untuk  persiapan implementasi radio digital. 


"Kegitaan berlangsung Kamis  (23/07/2020) minggu lalu. Pemilihan lokasi di Pelabuhan Ratu, karena wilayah tersebut memiliki potensi terjadinya bencana alam," tutur Direktur Penataan Sumber Daya Ditjen SDPPI, Denny Setiawan di Jakarta, Senin (27/7/2020).


Menurut Direktur Denny, DRM merupakan standar teknologi radio siaran digital yang telah mendapatkan rekomendasi dari International Telecommunication Union (ITU). "Selain berfungsi sebagai teknologi radio siaran digital, DRM juga memiliki fitur Emergency Warning Functionality (EWF) sebagai media sistem peringatan dini kebencanaan," jelasnya.

DRM dapat menjadi solusi atas kebutuhan kanal frekuensi radio untuk keperluan radio siaran, baik di pita frekuensi radio MF, maupun VHF Band 2. Secara umum, setiap kanal frekuensi radio DRM dapat menampung sampai empat program siaran full audio, atau tiga program siaran (audio) beserta text data (dapat dimanfaatkan sebagai media berita, iklan, informasi publik, dan sebagainya).

Sebagai sebuah standar teknologi digital, DRM memberikan efisiensi di sisi penggunaan energi listrik maupun penggunaan spektrum frekuensi radio. Selain itu, sebagai teknologi digital, DRM dapat dimanfaatkan untuk menjangkau cakupan lebih luas dengan menggunakan teknik Single Frequency Network (SFN).

Menurut Denny Setiawan, pengaturan penggunaan pita frekuensi radio ini tidak sebatas diatur oleh regulasi di Indonesia. "GE75 telah membuka kemungkinan penggunaan teknologi digital, dimana dalam hal ini DRM dapat dimanfaatkan pada pita frekuensi radio MF dengan menggunakan bandwidth yang sama dengan analog (AM). Dengan kemampuannya sebagai digital, DRM dapat menjadi solusi terhadap kebutuhan kanal radio siaran di pita frekuensi radio MF," ungkapnya.


Dua Hari Pengukuran



Pengukuran dilaksanakan selama dua hari, yaitu 23 s.d. 24 Juli 2020. Hari pertama, dimulai dengan enam titik Test Point (TP) TP1 di Pantai Karang Hawu, TP2 Pantai Karang Papak, TP3 Pantai Kadaka, TP4 Vihara Nam Hay Kwan Se Im Pu Sa , TP5 Pantai Batu Bintang dan TP6 Pantai Loji.

Keenam lokasi test point dimaksud diperoleh berdasarkan hasil simulasi komputer prediksi cakupan radiasi dari pemancar analog FM 1 kWatt yang telah beroperasi dengan ketinggian antena 40 meter di atas permukaan tanah. Keenam lokasi tersebut merupakan ujung dari titik 66 dBuV/m dan 54 dBuV/m.

Sebelum dilaksanakan pengukuran, dilakukan kalibrasi perangkat ukur oleh masing-masing UPT. Pengukuran bertujuan untuk mengevaluasi secara teknis pancaran DRM dan fitur-fitur yang dapat disiarkan melalui pemancar DRM seperti Journaline.

Pengukuran hari kedua, dilaksanakan berpusat di Plasa Telkom tempat transmitter DRM berada, mengukur side by side antara Analog-Digital dan Digital-Digital. Dilanjutkan kemudian dengan rapat evaluasi hasil pengukuran yang dilaksanakan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengukuran lapangan diperoleh hasil cakupan 1 kWatt FM di enam test point dapat dilayani oleh DRM dengan daya pancar hanya 50 Watt, dengan kualitas audio DRM baik. Pada pengujian simulcast 1 kWatt dan 800 Watt dengan jarak spasi 150 kHz antara frekuensi tengah FM dan DRM, hasil pengukuran tidak menemukan interferensi antara FM dan DRM. Kualitas audio FM dan DRM sama-sama baik, namun kualitas suara DRM lebih baik dibanding FM.

Pengukuran DRM vs DRM dilakukan di Plasa Telkom. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa tidak terjadi interferensi antar DRM dengan spasi frekuensi tengah 100 kHz. Kualitas audio kedua radio DRM sama-sama baik.

Hasil pengujian lapangan konsisten dengan ITU-R Recommendation BS.1114 dan BS.1660. Pengukuran berikutnya dijadwalkan akan dilaksanakan di RRI pusat Jakarta pada Agustus 2020.

Tantangan umum dalam penerapan sebuah teknologi digital yaitu ketersediaan ekosistemnya. Dalam hal ini, secara khusus adalah perangkat penerima (receiver). Receiver dari teknologi DRM diharapkan dapat tersedia baik dalam bentuk car head unit, portable receiver, USB dongle, maupun sebagai embedded module di smartphone.



Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (12) antares (8) arduino (26) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (59) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (7) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (1) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (7) radio (28) raspberry pi (4) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (93) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika